KONTEKS.CO.ID – Palestina hari ini memberikan kabar duka yang tak berkesudahan. Jumlah warga Jalur Gaza yang terbunuh Zionis Israel mencapai 8.000 orang.
Israel mengatakan perang dengan Hamas telah “memasuki fase baru”. Mereka melakukan pemboman besar-besaran terhadap Gaza ketika pejuang Hamas menuntut pembebasan semua tahanan Palestina sebagai imbalan atas sandera yang mereka tangkap tiga pekan lalu.
PBB memperingatkan ribuan warga sipil bisa tewas di Gaza karena Israel mengatakan pasukan darat masih beroperasi di wilayah yang dikuasai Hamas lebih dari 24 jam setelah memasuki wilayah tersebut pada hari Jumat.
Israel melancarkan kampanye pengeboman setelah kelompok bersenjata Hamas menyerbu perbatasan Gaza pada 7 Oktober, menewaskan 1.400 orang, sebagian besar warga sipil, dan menyandera lebih dari 220 orang, menurut pejabat Israel.
Israel Bunuh 8.000 Warga Gaza Palestina
Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas mengatakan pada Minggu pagi, 29 Oktober 2023, bahwa lebih dari 8.000 orang telah terbunuh di wilayah Palestina sejak termulainya perang dengan Israel pada 7 Oktober.
“Jumlah korban tewas terkait agresi Israel telah melampaui 8.000 orang, setengah di antaranya adalah anak-anak,” kata kementerian itu kepada AFP.
Jumlah korban terakhir yang dikeluarkan Sabtu pagi adalah 7.703 orang tewas.
Konflik tersebut merupakan yang kelima dan paling mematikan di Gaza sejak Israel secara sepihak menarik pasukan dan pemukim dari wilayah Palestina pada tahun 2005.
Kepala Hak Asasi Manusia PBB, Volker Turk, memperingatkan kemungkinan konsekuensi bencana dari operasi darat skala besar di Gaza. “Ribuan warga sipil bisa meninggal,” sesalnya.
Serangan intens terhadap Hamas, yang telah menguasai Gaza sejak 2007, memberikan perlindungan bagi pasukan darat Israel untuk meningkatkan operasi.
“Sejak Jumat dini hari, pasukan gabungan lapis baja, insinyur tempur, dan infanteri telah beroperasi di wilayah utara Jalur Gaza,” kata militer pada Sabtu malam.
Israel telah mengerahkan puluhan ribu tentara di sepanjang perbatasan Gaza meningkatkan ekspektasi akan terjadinya invasi besar-besaran, dengan tentaranya melakukan serangan darat terbatas pada hari Rabu dan Kamis.
“Kita telah memasuki fase baru dalam perang,” kata Menteri Pertahanan Yoav Gallant.
“Tadi malam, tanah di Gaza berguncang. Kami menyerang di atas dan di bawah tanah,” katanya, menyinggung jaringan terowongan yang dibangun Hamas di bawah Gaza.
Jet tempur Israel menjatuhkan selebaran di Kota Gaza yang memperingatkan penduduk bahwa daerah tersebut sekarang menjadi “medan perang”.
“Tempat perlindungan di Gaza utara dan wilayah (Kota) Gaza tidak aman,” kata tentara, dan mendesak warga untuk “segera mengungsi” ke selatan.
Tentara telah menyampaikan peringatan serupa pada awal kampanyenya, namun banyak orang yang melarikan diri ke selatan akhirnya kembali ke rumah setelah gagal mendapatkan perlindungan dari pemboman Israel.
Tuntutan Hamas untuk Pembebasan Sandera
Sayap bersenjata Hamas menyatakan siap melepaskan sandera yang mereka culik jika Israel membebaskan semua tahanan Palestina yang mereka tahan.
“Harga yang harus terbayar atas banyaknya sandera musuh di tangan kami adalah mengosongkan penjara (Israel) dari seluruh tahanan Palestina,” kata Juru Bicara Brigade Ezzedine al-Qassam, Abu Obeida.
“Jika musuh ingin menutup barisan tahanan ini sekaligus, kami siap melakukannya. Kalau mau bertahap, kami juga siap,” imbuhnya.
Pemimpin Hamas di Gaza, Yahya Sinwar, mengatakan kelompoknya siap melakukan pertukaran “segera”.
Sekitar 230 sandera tertahan di Gaza, menurut tentara Israel. Para pejabat Israel mengatakan puluhan dari mereka adalah orang asing atau berkewarganegaraan ganda.
Awal pekan ini, Brigade tersebut mengatakan “hampir 50” sandera telah tewas dalam serangan Israel.
Menghadapi kemarahan yang meningkat atas nasib para tawanan, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bertemu perwakilan kerabat sandera pada hari Sabtu.
Ifat Kalderon, yang sepupunya Ofer Kalderon tertahan di Gaza, mengatakan kepada AFP bahwa dia mendukung gagasan pembebasan tahanan sebagai ganti para sandera.
“Ambillah, kita tidak membutuhkannya di sini. Saya ingin keluarga saya dan semua sandera kembali ke rumah,” katanya.
Netanyahu tidak membuat komitmen terhadap kesepakatan pertukaran apa pun. Namun meyakinkan keluarga sandera bahwa Israel akan “menghabiskan semua pilihan untuk membawa mereka pulang”.
“Perang di Jalur (Gaza) akan berlangsung lama dan sulit dan kami siap menghadapinya,” katanya pada konferensi pers setelah pertemuan tersebut.
Netanyahu menuduh bahwa 90 persen anggaran militer Hamas berasal dari Iran dan mengatakan mengalahkan Hamas adalah “ujian eksistensial” bagi Israel.
Palestina Hari Ini: Pemadaman Komunikasi
Dalam semalam, ratusan bangunan dan rumah hancur total dan ribuan lainnya rusak, kata para pejabat Gaza.
Di tengah reruntuhan kamp pengungsi Shati di Gaza utara, Alaa Mahdi mengibaratkan kehancuran yang terjadi seperti “gempa bumi”.
“Kalau gempa alami, akan jauh lebih mudah ketimbang yang terjadi tadi malam,” ujarnya.
“Jet tempur Israel menyerang 150 terowongan teror, ruang tempur bawah tanah. Dan infrastruktur bawah tanah tambahan,” kata militer, seraya menambahkan beberapa pejuang Hamas tewas.
Hamas membalas dengan tembakan roket baru, yang melukai tiga orang di Israel tengah. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"