KONTEKS.CO.ID – Israel serang sekolah PBB di Gaza. Serangan udara Israel telah menewaskan banyak warga Palestina di Sekolah al-Fakhoora, yang terkelola oleh badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA).
Sekolah ini berada di kamp pengungsi Jabalia dan sekolah lain di Tal al-Zaatar, juga di utara Gaza, juga ikut terbom.
“Setidaknya 50 orang tewas dalam serangan di Sekolah al-Fakhoora,” kata Kementerian Kesehatan Palestina, mengutip Al Jazeera, Minggu 19 November 2023.
Mereka mengatakan, dua serangan itu menewaskan dan melukai ratusan orang.
“Serangan Israel terhadap sekolah, rumah sakit, dan fasilitas umum tampaknya sedang menjadi tren saat ini,” kata Hani Mahmoud dari Al Jazeera, melaporkan dari Khan Younis di Gaza selatan.
Beberapa serangan udara menimbulkan kerusakan parah di kedua sekolah.
“Hampir 200 orang tewas dalam serangan ini dan jumlah tersebut terperkirakan akan terus bertambah karena masih banyak orang yang tertimbun reruntuhan. Orang-orang menggunakan sekop dan tangan kosong untuk menggali orang yang terimbun,” jelasnya.
Ratusan orang teryakini berlindung di kedua sekolah tersebut untuk menghindari serangan Israel yang tiada henti. Serangan terhadap al-Fakhoora diyakini terjadi pada dini hari, sedangkan serangan terhadap Tal al-Zaatar terjadi pada sore hari.
“Mayat ada di mana-mana dan tim medis berusaha mengevakuasi korban luka,” kata Tareq Abou Azzoum dari Al Jazeera, melaporkan tentang sekolah al-Fakhoora.
Dia mengatakan, dengan berlanjutnya pertempuran di tengah serangan darat Israel di Gaza utara, banyak warga Palestina terpaksa mengungsi ke sekolah-sekolah yang PBB kelola di sekitar Rumah Sakit Indonesia untuk mendapatkan perlindungan.
“Orang-orang yang berlindung di Sekolah al-Fakhoora di kamp pengungsi Jabalia, banyak di antaranya yang memiliki masalah kesehatan, mengira mereka bisa mencari perlindungan dari kekerasan di sana. Namun tentara Israel sepertinya mengirimkan pesan: Melarikan diri ke selatan Jalur Gaza,” katanya.
Kehancuran Besar-besaran di Sekolah al-Fakhoora
“Pemandangannya sangat mengerikan. Mayat perempuan dan anak-anak tergeletak di tanah. Yang lain berteriak minta tolong,” beber Ahmed Radwan, korban selamat yang terluka, kepada AP melalui telepon.
Foto-foto dari rumah sakit setempat menunjukkan lebih dari 20 jenazah terbungkus kain berlumuran darah.
Militer Israel, yang memperingatkan penduduk Jabalia dan warga lainnya melalui unggahan media sosial dalam bahasa Arab untuk pergi, mengatakan, pasukannya yang aktif di daerah tersebut hanya bertujuan menyerang teroris.
Israel jarang berkomentar mengenai serangan individu dan mengatakan hanya menargetkan Hamas.
Israeli is attacking both innocent civilians and UN workers. They have now launched attacks on the Al-Fakhoora School, in the Jabalia refugee camp. The school is run by the UN.
This is genocide and the world needs to respond with sanctions, an arms embargo and The Hague. pic.twitter.com/ZdCAUYxEk4
— faycal el-turk (@FaycalTurk) November 18, 2023
Tidak Ada Tempat yang Aman di Gaza
Kementerian Luar Negeri Qatar mengutuk kembali pemboman Israel terhadap Sekolah al-Fakhoora, dan menyerukan penyelidikan internasional dengan penyelidik independen untuk menyelidiki penargetan Israel terhadap sekolah dan rumah sakit di Gaza.
“Tempat perlindungan adalah tempat yang aman. Sekolah adalah tempat untuk belajar. Berita tragis mengenai anak-anak, perempuan dan laki-laki yang terbunuh saat berlindung di sekolah al-Fakhouri di utara Gaza. Warga sipil tidak dapat dan tidak seharusnya menanggung hal ini lebih lama lagi,” kata Kepala bantuan PBB Martin Griffiths.
Tamara Alrifai, Juru Bicara UNRWA, mengatakan, dia telah melihat rekaman menghancurkan yang keluar dari Jabalia setelah pemboman tersebut. Namun tidak dapat melakukan kontak langsung dengan rekan-rekannya di lapangan.
“Saya masih menunggu laporan langsung dari rekan-rekan saya di Gaza, tapi apa yang kami lihat adalah salah satu insiden mengerikan ini. Di mana warga sipil, orang-orang yang mencari perlindungan di gedung PBB yang terlindungi, harus menanggung akibatnya,” katanya.
Alrifai mengatakan lebih dari setengah dari 2,3 juta penduduk Jalur Gaza terpaksa melakukan “eksodus” ke selatan setelah Israel memerintahkan evakuasi untuk memberi ruang bagi operasi darat di utara. Sesuatu yang mengingatkan pada pengungsian paksa sebelumnya.
“Banyak orang yang tinggal di wilayah utara tetap tinggal di sekolah UNRWA. Karena mereka berpikir akan mendapat sedikit keamanan di sana, namun tidak ada tempat yang aman di Gaza, bahkan sekolah kami pun tidak,” katanya. “Sayangnya, orang-orang melarikan diri ke gedung-gedung kami yang berbendera biru untuk mencari perlindungan. namun 70 gedung kami telah dihantam, jadi kami sendiri tidak terlindungi.”
Alrifai mengatakan, kecuali serangan pada hari Sabtu, 66 orang dipastikan tewas saat berlindung di fasilitas yang dikelola PBB.
Serangan Berulang Kali
Kamp pengungsi Jabalia telah menjadi sasaran serangan udara selama berminggu-minggu, karena Israel mengklaim kamp tersebut menampung pejuang Palestina.
Kampanye pemboman yang mematikan terus berlanjut meskipun ada kecaman dari PBB dan pemerintah regional.
Tentara Israel juga berulang kali menyerang sekolah dan fasilitas yang PBB kelola. Perangnya di Gaza telah menewaskan lebih dari 12.000 warga Palestina, termasuk 5.000 anak.
Sekolah al-Fakhoora sebelumnya telah beberapa kali diserang oleh tentara Israel sebelum perang. Pesawat ini menjadi sasaran serangan udara pada tahun 2009, 2014 dan awal bulan ini. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"