KONTEKS.CO.ID – Houthi Yaman bajak kapal kargo pengangkut mobil milik pengusaha Israel yang melintas di Selat Bab al-Mandab, Laut Merah.
Bersimpati terhadap penderitaan rakyat Gaza Palestina, milisi Houthi menegaskan, kapal-kapal Israel merupakan ‘target yang sah’. Demikian peringatan Houthi setelah membajak kapal yang terkait dengan Israel.
“Kapal-kapal Israel adalah target sah milisi Houthi Yaman,” kata mereka memperingatkan pada awal pekan ini, melansir Al Arabiya, Selasa 21 November 2023.
Penyitaan kapal kargo yang terkait dengan Israel membuka dimensi baru dalam perang Gaza.
Penangkapan Galaxy Leader dan 25 awak internasionalnya pada hari Minggu terjadi beberapa hari setelah Houthi yang didukung Iran mengancam akan menargetkan kapal-kapal Israel karena perang Israel-Palestina.
Kelompok Houthi, yang menyatakan diri mereka sebagai bagian dari “poros perlawanan” sekutu dan proksi Iran, juga telah meluncurkan serangkaian drone dan rudal ke arah Israel.
“Kapal-kapal Israel adalah target yang sah bagi kami di mana pun… dan kami tidak akan ragu untuk mengambil tindakan,” ancam Mayor Jenderal Ali Al-Moshki, seorang pejabat militer Houthi, kepada stasiun TV Al-Massirah milik kelompok tersebut.
Houthi Yaman Bajak Kapal Israel di Jalur Perdagangan Penting
Para analis juga mengatakan, ancaman Houthi terhadap pelayaran di sekitar Selat Bab al-Mandab, sebuah titik sempit di kaki Laut Merah yang penting secara komersial, kemungkinan akan meningkat.
Galaxy Leader milik Inggris yang berbendera Bahama teroperasikan oleh perusahaan Jepang. Tetapi memiliki hubungan dengan pengusaha Israel Abraham “Rami” Ungar.
Kelompok Houthi mengatakan, penangkapan tersebut merupakan pembalasan atas perang Israel melawan Hamas.
Lebih dari 13.000 orang telah tewas dalam pemboman udara dan operasi darat Israel di Jalur Gaza yang dikuasai Hamas, kata kementerian kesehatan di sana.
Penyitaan kapal pada hari Minggu “hanya permulaan,” kata juru bicara Houthi Mohammed Abdul-Salam pada hari Minggu dalam sebuah pernyataan yang diposting di X (Twitter).
Ia menjanjikan serangan maritim lebih lanjut sampai Israel menghentikan kampanyenya di Gaza.
Pembajakan ala Iran
Perusahaan keamanan maritim, Ambrey, mengatakan, pihaknya mengetahui bahwa kelompok Houthi menaiki kapal tersebut dengan melakukan rappelling. Atau meluncur ke bawah tali dari helikopter. Ini metode yang Iran gunakan saat melakukan penyitaan kapal sebelumnya di Selat Hormuz.
Kapal yang berangkat dari Turki ke India teralihkan ke Pelabuhan Salif di Provinsi Hodeida di Yaman, menurut Ambrey dan sumber maritim Yaman.
Ambrey mengatakan, pemilik Galaxy Leader, yang mengangkut mobil dan kendaraan lainnya, terdaftar sebagai Ray Car Carriers Inggris. Perusahaan ini memiliki perusahaan induk yang dimiliki oleh Ungar, pengusaha Israel.
Militer Israel mengatakan penyitaan itu adalah insiden yang sangat serius dengan konsekuensi global. Sementara seorang pejabat militer AS menyebutnya pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional.
“Para kru terlaporkan sedang Houthi selidiki,” kata Ambrey.
Mereka termasuk warga Ukraina, Bulgaria, Filipina, Meksiko, dan Rumania, menurut pejabat Israel dan Rumania.
Nippon Yusen, juga terkenal sebagai NYK Line Jepang, mengatakan pihaknya telah membentuk tim tugas untuk mengumpulkan informasi dan memastikan keselamatan kru.
Menteri Luar Negeri Jepang Yoko Kamikawa mengatakan Tokyo “mendekati Houthi secara langsung” dan juga berkomunikasi dengan Israel.
“Kami juga mendesak Arab Saudi, Oman, Iran dan negara-negara terkait lainnya untuk mendesak Houthi agar segera membebaskan kapal dan awak kapal tersebut,” katanya.
Israel Tuduh Iran
Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menggambarkan penangkapan tersebut sebagai serangan Iran terhadap kapal internasional. Namun tuduhan itu telah Iran bantah.
“Kami telah berulang kali mengumumkan bahwa kelompok perlawanan di kawasan mewakili negara mereka. Mereka membuat keputusan serta bertindak berdasarkan kepentingan negara mereka,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanani.
Garis pantai Yaman menghadap Selat Bab al-Mandab – jalur sempit antara Yaman dan Djibouti di kaki Laut Merah. Ini merupakan salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia, dan membawa sekitar seperlima konsumsi minyak global.
“Ancaman gangguan terhadap pelayaran di wilayah yang lebih luas kemungkinan akan meningkat,” kata Torbjorn Soltvedt dari firma intelijen risiko Verisk Maplecroft kepada AFP.
“Masalah keamanan memaksa perusahaan pelayaran menghindari Selat Bab al-Mandab. Ini berakibat pada biaya yang jauh lebih tinggi karena kurangnya rute alternatif,” ujarnya.
Mohammed al-Basha, analis Timur Tengah untuk Navanti Group di AS, mengatakan, ini ada hubunganya dengan peluncuran rudal dan drone. Houthi gagal mencapai sasaran di Israel sehingga memengaruhi keputusan untuk kembali fokus pada Laut Merah. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"