KONTEKS.CO.ID – Wabah pneumonia China tengah menjadi perhatian WHO. Mereka meminta Beijing memberikan informasi lebih lanjut terkait penyakit pernapasan tak terdiagnosis yang meningkat sejak Oktober 2023.
Saat China mengalami musim dingin pertamanya tanpa pembatasan ketat terkait COVID-19 sejak tiga tahun lalu, gelombang penyakit pernapasan melanda seluruh negeri.
Peningkatan kasus yang tidak biasa ini telah mendorong Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk meminta China memberikan informasi tambahan mengenai wabah tersebut. Mereka juga mencari tahu langkah-langkah respons yang lebih baik atas wabah ini.
Penyebab tren ini tidak jelas, tapi beberapa pakar kesehatan mengaitkan hal ini dengan dampak umum dan sementara dari pencabutan pembatasan lockdown.
Namun pertanyaan yang belum terjawab seputar infeksi dan negara penyebarannya telah membuat para ahli lain menyamakannya dengan masa-masa awal terjadinya pandemi COVID-19.
Kenapa Wabah Pneumonia di China Menyebar?
Pihak berwenang dari Komisi Kesehatan Nasional China mengaitkan peningkatan kasus ini dengan pencabutan pembatasan COVID-19.
Pakar kesehatan juga sepakat bahwa hal ini mungkin menjadi alasannya, mirip dengan “gelombang keluarnya lockdown” yang terjadi di negara-negara seperti Inggris.
China mungkin harus membayar “utang kekebalan” setelah lockdown yang berkepanjangan. “Yang pasti telah secara drastis mengurangi sirkulasi penyakit pernapasan dan karenanya menurunkan kekebalan terhadap penyakit endemik,” ujar Francois Belloux, Direktur Institut Genetik University College London, mengutip Al Jazeera, Jumat 24 November 2023.
Dia menambahkan, berdasarkan informasi saat ini, tidak ada alasan untuk mencurigai munculnya patogen baru. Belloux percaya Mycoplasma pneumoniae, kemungkinan sumber sebagian besar kasus dan bakteri yang biasanya menyerang anak-anak secara umum tidak berbahaya.
Pihak berwenang China mencantumkan mikoplasma sebagai salah satu patogen yang beredar bersama dengan virus pernapasan syncytial (RSV) dan SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19. WHO telah meminta informasi lebih lanjut kepada China mengenai pola terkini mikroorganisme ini.
“Meskipun kehadiran patogen baru masih mungkin terjadi sampai informasi lebih lanjut tersedia, wabah ini juga bisa terpicu oleh patogen yang sudah ada. Namun baru bermutasi dengan karakteristik dan tingkat keparahan yang berubah,” kata Laith Abu-Raddad, profesor kebijakan dan penelitian kesehatan di Weill Cornell Medicine Qatar.
Informasi Seputar Wabah yang Mirip Awal COVID-19
Pada konferensi pers sebelumnya, pihak berwenang China mengatakan, ada kebutuhan untuk meningkatkan pengawasan penyakit dan memperkuat kapasitas sistem kesehatan.
WHO dan staf medis di sana juga telah menyarankan masyarakat di negara tersebut untuk memperkuat praktik-praktik yang diterapkan pada era pandemi COVID-19. Seperti mencuci tangan dengan ketat, memakai masker, dan menjaga jarak sosial.
Di Provinsi Liaoning, masyarakat telah mengantri di rumah sakit pengobatan tradisional China. Sementara pasien di Rumah Sakit Anak Dalian harus mengantre selama dua jam.
Staf medis khawatir dengan lonjakan infeksi pada orang di bawah 18 tahun. Mereka juga mengkhawatirkan populasi yang rentan seperti orang lanjut usia dan wanita hamil.
Abu Raddad mencatat bahwa kejadian pada anak-anak dapat menunjukkan bahwa orang yang lebih tua memiliki kekebalan terhadap patogen yang merajalela, kemungkinan RSV. Sehingga tidak terlalu mengkhawatirkan karena vaksin baru telah tersedia untuk virus tersebut.
Para ahli sepakat bahwa diperlukan informasi yang lebih pasti mengenai penyakit ini. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"