KONTEKS.CO.ID – Perancis lebih terlindungi daripada banyak negara Eropa dari lonjakan harga gas yang disebabkan oleh keputusan Rusia untuk memotong ekspor ke Eropa setelah invasi ke Ukraina pada Februari.
Prancis menghasilkan sekitar 70 persen listriknya menggunakan 56 reaktor nuklir (PLTN), tetapi 32 di antaranya saat ini ditutup baik untuk pemeliharaan rutin atau untuk menilai risiko korosi.
Perdana Menteri Perancis Elisabeth Borne mengatakan, “memulai kembali reaktor yang dimatikan sangat penting untuk menghindari pemadaman listrik.”
Macron memberikan nada yang lebih optimis selama kunjungannya ke Aljazair pekan lalu, di mana pasokan tambahan dari produsen Afrika Utara dibahas. “Kami tidak akan memiliki masalah karena kami sangat bergantung pada gas,” kata Macron kepada wartawan. “Kami memiliki satu pipa gas dengan Norwegia. Kami telah meningkatkan volume dan hal-hal diversifikasi.”
Dia menunjuk terminal baru yang mampu mengolah gas alam cair (LNG) di pelabuhan utara Havre, serta upaya untuk mengisi kembali cadangan gas Prancis yang 90% penuh.
“Jadi dari sudut pandang murni Prancis pada musim dingin ini, semuanya akan baik-baik saja. Ini masalah Eropa,” jelas Macron, seperti disadur dari media Novonite. Ia mengatakan, solidaritas mungkin diperlukan untuk membantu rekan-rekan Uni Eropa yang lebih bergantung pada gas Rusia.
Gas menyumbang sekitar 20% dari total konsumsi energi Prancis , tetapi digunakan sebagai sumber energi untuk kurang dari 10% listrik, menurut statistik Badan Energi Internasional. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"