KONTEKS.CO.ID – Houthi tak segan akan menyerang kapal perang Amerika Serikat (AS) jika Washington menargetkan negara Yaman.
Peringatan itu disampaikan pemimpin Houthi, Abdel-Malek al-Houthi, Rabu, 20 Desember 2023.
Pernyataan Houthi tersebut juga merupakan reaksi atas pembentukan kekuatan multinasional untuk melawan kelompok militan yang menyerang kapal komersial di Laut Merah.
“Kami tidak akan berpangku tangan jika Amerika tergoda untuk melakukan tindakan bodoh dengan menargetkan negara kami atau berperang melawan negara kami,” kata al-Houthi.
Dalam pidato yang disiarkan di televisi, al-Houthi menyatakan setiap orang Amerika yang menargetkan Yaman, akan menjadi sasaran Houthi.
Kelompok militan itu akan menjadikan kapal perang, kepentingan, dan navigasi Amerika sebagai target rudal, drone, dan operasi militer.
Krisis Laut Merah Imbas Perang Gaza
Krisis di Laut Merah muncul dari perang antara Israel dan kelompok Islam Palestina yang berkuasa di Gaza, Hamas.
Ini menjadi konflik terbaru di Timur Tengah yang mengadu AS dan sekutunya melawan kekuatan regional Iran dan proksi milisi Arabnya.
Perang dimulai pada 7 Oktober ketika para pejuang Hamas menyerbu perbatasan Gaza ke Israel selatan.
Israel mengatakan para militan membunuh sekitar 1.200 orang yang sebagian besar adalah warga sipil Israel dan orang asing.
Zionis pun melakukan serangan balasan ke Gaza, yang menurut para pejabat Israel bertujuan untuk memusnahkan Hamas.
Namun serangan mereka justru menewaskan hampir 20.000 warga Palestina.
Merespon perang di Gaza, Proksi Iran termasuk Houthi dan Hizbullah Lebanon telah menembakkan roket ke Israel.
Kelompok Houthi juga telah meningkatkan serangan mereka di Laut Merah.
Mereka mengancam akan menargetkan semua kapal yang menuju ke Israel.
Tak hanya itu, Houthi juga memperingatkan perusahaan pelayaran agar tidak berurusan dengan pelabuhan Israel.
AS menilai serangan Houthi telah mengganggu jalur perdagangan utama yang menghubungkan Eropa dan Amerika Utara dengan Asia melalui Terusan Suez.
Tindakan mereka menyebabkan biaya pengiriman peti kemas meningkat tajam.
Pasalnya, perusahaan terpaksa mengirimkan barang mereka melalui rute alternatif, yang seringkali lebih panjang.
AS beserta Inggris, Bahrain, Kanada, Denmark, Prancis, Italia, Belanda, Norwegia, Seychelles, dan Spanyol lantas membentuk kekuatan multinasional dengan nama “Operasi Penjaga Kemakmuran”.
Mereka akan melakukan patroli bersama di Laut Merah bagian selatan dan Teluk Aden yang berdekatan.
Namun hal itu tak membuat Houthi takut. Kelompok itu justru semakin menantang AS.
“Selama Amerika ingin terlibat dalam perang langsung dengan kami, mereka harus tahu, kami bukanlah pihak yang takut pada mereka, dan mereka menghadapi seluruh rakyat,” kata al-Houthi.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"