KONTEKS.CO.ID – Gibran Rakabuming Raka mendapat julukan ‘Nepo Baby’ dalam salah satu artikel media asing, Aljazeera. Nepo diambil dari kata nepotisme yang berarti kecenderungan untuk mengutamakan menguntungkan sanak saudara sendiri.
Tak hanya itu, mereka juga menyebut, putra Presiden Indonesia Joko Widodo itu sebagai calon wakil presiden paling kontroversial dalam sejarah Indonesia.
Dalam artikel berjudul ‘Indonesian Leader’s Son Brushes Off ‘Nepo Baby’ Tag in Feted Debate Showing‘ mereka menyebut, Gibran berhasil menepis pendapat masyarakat yang menyebutnya penuh nepotisme dan kurang pengalaman.
Tak hanya itu, Gibran juga disebut sebagai penerus dinasti politik di Indonesia.
Sebutan Gibran yang kontroversial tak lepas dari awal mula pria 36 tahun itu bisa mencalonkan diri sebagai wakil presiden.
Dia hanya memiliki pengalaman politik dua tahun menjabat sebagai wali kota Surakarta Jawa Tengah.
Sebelumnya, sang ayah juga menjabat wali kota Surakarta sebelum maju menjadi Gubernur DKI Jakarta.
Bandingkan dengan cawapres nomor urut 1 Abdul Muhaimin Iskandar yang menjabat wakil ketua parlemen.
Atau Mahfud MD, menteri yang bertanggung jawab mengoordinasikan urusan politik, hukum, dan keamanan.
Selanjutnya, pencalonan Gibran difasilitasi oleh keputusan kontroversial Mahkamah Konstitusi (MK) pada Oktober 2023.
MK pada prinsipnya menjunjung batas usia minimal 40 tahun. Namun para hakim membuat pengecualian yang memperbolehkan pejabat yang berusia minimal 35 tahun untuk mencalonkan diri jika mereka sebelumnya terpilih untuk menjabat sebagai kepala daerah.
Hal itu jelas memungkinkan Gibran menjadi pasangan Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto dalam pilpres 2024.
Keputusan tersebut menimbulkan kontroversi karena Ketua Mahkamah Konstitusi saat itu, Anwar Usman, adalah saudara ipar Presiden Jokowi.
Dengan adanya sejumlah kondisi tersebut, banyak orang menantikan debat cawapres akhir pekan lalu itu.
Penampilan Gibran Ciptakan Kejutan
Nyatanya sejumlah pengamat politik dari berbagai wilayah di dunia terpukau dengan penampilan Gibran saat debat cawapres.
Salah satunya, Dosen Universitas Jenderal Achmad Yani Bandung, Yohanes Sulaiman.
Dilansir dari Aljazeera, dia menganggap Gibran telah memenangkan debat cawapres yang lalu.
“Dalam debat kali ini, performanya jauh lebih baik dibandingkan dua lawannya. Awalnya, saya perkirakan dia akan menjadi santapan Mahfud MD dan Muhaimin,” katanya.
Baginya, Gibran sudah siap, percaya diri, dan menguasai materi.
“Mungkin sudah dilatih secara menyeluruh oleh tim persiapan debatnya,” katanya.
Penilain serupa datang dari S. Rajaratnam School of International Studies (RSIS), Arifianto.
Menurutnya, Gibran dalam debat cawapres ini telah menetapkan standar yang tinggi.
“Akan lebih sulit bagi tim Anies dan Ganjar untuk mengejar ketertinggalan mereka, terutama jika menyangkut masalah ekonomi dan investasi,” katanya.
Dia menilai, Mahfud maupun Muhaimin merupakan kandidat yang hanya unggul dalam isu mereka masing-masing tapi namun tidak begitu baik dalam isu lain.
Gibran Banyak Gaya
Ternyata, tidak semua orang setuju dengan nilai tinggi yang untuk si Nepo Baby dalam debat cawapres tersebut.
Dosen studi politik dan keamanan di Universitas Murdoch di Perth, Ian Wilson kepada Al Jazeera mengatakan, Gibran menempatkan gaya di atas substansi.
Gibran berlatih lebih baik dibandingkan dua kandidat lainnya. Hal itu mungkin akan mengesankan bagi sejumlah pemilih.
“Namun, tanggapannya tidak memiliki substansi kebijakan, hanya mengandalkan kombinasi slogan dan fakta,” katanya.
Wilson menilai, Gibran sudah berupaya melepaskan diri dari sebutan ‘nepo baby’.
Meski begitu, akan sulit bagi Gibran untuk menghilangkan citra keluarganya sama sekali, anak Presiden yang tengah berkuasa.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"