KONTEKS.CO.ID – Mahasiswa Aceh usir Rohingya dari tempat penampungan dan menuntut deportasi mendapat sorotan warga dunia.
Aksi ratusan mahasiswa Aceh usir Rohingya pada Rabu 27 Desember 2023 menjadi berita utama situs berita Aljazeera, Kamis 28 Desember 2023.
Mereka menyerbu tempat penampungan sementara pengungsi Rohingya dan menuntut warga tanpa identitas negara tersebut terdeportasi.
Para pengunjuk rasa pada memaksa lebih dari 100 orang Rohingya keluar dari sebuah pusat konvensi di Kota Banda Aceh. Ini adalah episode terbaru diskriminasi terhadap kelompok minoritas yang teraniaya dari Myanmar.
Lebih dari 1.500 pengungsi Rohingya telah tiba di pantai Aceh sejak pertengahan November 2023. Menurut PBB, ini merupakan gelombang pengungsi terbesar dalam delapan tahun terakhir.
Beberapa perahu mereka tertolak oleh penduduk setempat di Indonesia dan dalam beberapa kasus kembali ke laut.
Dalam video kejadian yang beredar, para mahasiswa banyak yang mengenakan jaket dengan lambang universitas yang berbeda berlari ke ruang bawah tanah pusat konvensi. Mereka bertiakkan “Usir mereka” dan “Tolak Rohingya di Aceh”.
Para mahasiswa juga terlihat menendang barang-barang milik laki-laki, perempuan dan anak-anak Rohingya yang duduk di lantai sambil menangis ketakutan.
Pengungsi kemudian tergiring keluar, sebagian membawa barang-barang mereka dalam karung plastik dan dibawa ke truk.
“Para pengunjuk rasa membakar ban dan bentrok dengan polisi yang menjaga warga Rohingya yang ketakutan. Namun petugas akhirnya mengizinkan pemindahan pengungsi tersebut oleh para mahasiswa,” menurut kantor berita AFP.
Polisi membantu para pengungsi menaiki truk sebelum mereka antar ke kantor pemerintahan lain di dekatnya.
UNHCR Protes Keras Mahasiswa Aceh Usir Rohingya
Badan Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCR) mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka sangat terganggu melihat serangan massa di lokasi yang menampung keluarga pengungsi yang rentan. Sebagian besar mereka adalah anak-anak dan perempuan.
UNHCR menyerukan perlindungan yang lebih baik. “Massa mendobrak barisan polisi dan secara paksa memasukkan 137 pengungsi ke dalam dua truk, dan memindahkan mereka ke lokasi lain di Banda Aceh. Insiden ini membuat para pengungsi terkejut dan trauma,” katanya.
Badan PBB tersebut menambahkan bahwa serangan itu adalah hasil dari kampanye online yang terkoordinasi mengenai misinformasi dan ujaran kebencian.
Banyak masyarakat di Aceh, yang mempunyai kenangan akan konflik berdarah selama puluhan tahun, bersimpati terhadap penderitaan sesama umat Islam.
Namun pihak lain mengatakan kesabaran mereka telah diuji, dengan mengklaim bahwa Rohingya mengonsumsi sumber daya yang langka dan kadang-kadang terlibat konflik dengan penduduk setempat.
“Kami memprotes karena kami tidak setuju dengan warga Rohingya yang terus datang ke sini,” kata Kholilullah, seorang mahasiswa berusia 23 tahun, kepada AFP.
Presiden Indonesia Joko Widodo menyalahkan lonjakan kedatangan warga Rohingya baru-baru ini sebagai akibat dari perdagangan manusia. Ia berjanji untuk bekerja sama dengan organisasi internasional untuk menawarkan tempat penampungan sementara.
Indonesia tidak ikut menandatangani konvensi pengungsi PBB dan menyatakan bahwa pihaknya tidak dapat dipaksa untuk menerima pengungsi dari Myanmar. Sebaliknya Jokowi menyerukan negara-negara tetangga untuk berbagi beban dan memukimkan kembali para pengungsi Rohingya yang tiba di Indonesia. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"