KONTEKS.CO.ID – Pada bulan Juli, rumah tangga di Ceko membayar harga listrik tertinggi di Eropa. Hal ini menjadi tertawaan getir warga Ceko menyaksikan lelucon kejam ini. Negar bekas satelit Uni Sovyet ini tetap menjadi salah satu pengekspor listrik terbesar di dunia.
Indeks HEPI dibulan Juli (Indeks Harga Energi Rumah Tangga), yang membandingkan harga energi untuk rumah tangga di masing-masing ibu kota Eropa, menunjukkan dengan jelas apa yang terjadi.
Orang yang tinggal di Praha membayar harga tertinggi untuk listrik di seluruh Eropa, menurut paritas (kesamaan) daya beli mata uang. Indeks ini mencakup negara-negara anggota dan negara-negara di luar UE, seperti Swiss, Norwegia, dan Rusia.
Menurut penelitian, orang-orang Praha membayar sekitar 52 sen euro (Rp769.000) per kilowatt/jam pada bulan Juli. Itu kira-kira dua kali lipat dari apa yang dibayar penduduk Bratislava dan kira-kira tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan biaya penduduk Budapest atau Moskow.
Penduduk Praha juga membayar hampir empat kali lebih banyak daripada rumah tangga di ibu kota Swiss, Bern, dan lebih dari empat kali lipat rumah tangga di Oslo, Norwegia. Harga listrik di Praha tinggi bahkan secara absolut (tanpa konversi jika menurut paritas daya beli mata uang.
Dalam hal ini, penduduk Praha membayar harga tertinggi keempat di Uni Eropa, sekitar 41 sen euro (sekiatar Rp606.000) per kilowatt-jam. Hanya penduduk Kopenhagen, Roma, dan Amsterdam yang memiliki listrik lebih mahal.
Pada saat yang sama, Ceko adalah salah satu pengekspor listrik terbesar dalam skala global. Menurut analisis lembaga EnAppSys, negara itu mengekspor 5 juta megawatt listrik lebih banyak daripada yang diimpor pada paruh pertama tahun ini dan menjadikannya salah satu ekspor bersih terbesar di UE.
Seperti disadur dari Prague Morning, Hanya Swedia, Jerman, Bulgaria, dan Spanyol yang mengekspor lebih banyak listrik selama enam bulan pertama tahun ini. Namun, harga listrik yang dihitung berdasarkan paritas daya beli rata-rata atau di bawah rata-rata di ibukota mereka. Pengecualian adalah Berlin, dikarenakan Jerman terapkan pajak listrik yang relatif tinggi.
Sebaliknya, Italia adalah importir bersih listrik terbesar di Eropa. Itu sesuai dengan data di atas bahwa Roma membayar salah satu harga tertinggi untuk listrik di UE. Denmark juga merupakan importir bersih listrik.
Selain itu, Ceko telah lama berada di antara 10 pengekspor listrik terbesar di dunia. Tahun lalu, peringkat enam. Saat ini, di era kenaikan harga listrik secara dramatis, Republik Ceko menonjol.
Paradoks memang, meskipun ekspor bersihnya relatif tinggi dan surplus yang signifikan dalam produksi listriknya, negara ini memiliki harga listrik tertinggi untuk rumah tangga di seluruh Eropa. Agak mirip seperti kasus minyak goreng di Indonesia.
Alasan utamanya adalah keterlibatan Ceko yang intensif dalam pasar energi tunggal di UE. Dari sudut pandang pasar energi, Ceko bukanlah negara berdaulat dan lebih merupakan negara bagian dalam proyek UE di mana energi dapat dibeli dan dijual.
Namun, pajak juga berperan. Beban pajak listrik untuk rumah tangga Ceko secara signifikan lebih tinggi dari apa yang akan sesuai dengan rata-rata negara-negara Uni Eropa. Di Republik Ceko, pajak, terutama PPN, mewakili 24 persen dari harga listrik untuk rumah tangga, menurut indeks HEPI. Di UE, rata-rata hanya 18 persen. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"