KONTEKS.CO.ID – Kekerasan dan kriminalitas meningkat di Ekuador. Presiden Daniel Noboa akhirnya menetapkan kondisi darurat selama 60 hari.
Sejumlah aksi kekerasan pecah di Ekudor setelah Presiden Noboa mengkategorikan 22 geng sebagai organisasi teroris dan target militer.
Selain itu, kekerasan juga meningkat seiring rencana presiden membangun penjara baru dengan keamanan tinggi.
Nantinya tempat itu akan menampung para pemimpin geng yang dipenjara.
Sejumlah Aksi Kekerasan Pecah
Salah satu aksi kekekerasan terjadi pada Selasa, 9 Januari 2025.
Kelompok kriminal bersenjata mengambil alih sebuah stasiun TV di Ekuador. Bahkan, proses pengambilalihan ini tersiarkan live selama 20 menit.
Terdengar suara tembakan dan teriakan selama siaran live itu berlangsung. Beberapa penyerang menunjuk ke arah kamera.
Setelah itu, polisi menangkap 13 pria bersenjata yang mengambil alih stasiun televisi TC di Guayaquil. Dua karyawan terluka.
Saluran tersebut kembali mengudara untuk siaran berita malamnya.
Sementara di kota selatan Machala, Quito dan Provinsi Los Rios, tujuh petugas polisi diculik dalam tiga insiden terpisah.
Polisi mengatakan, tiga petugas di Machala telah bebas pada Selasa malam. Selain itu, polisi juga telah melakukan 10 penangkapan.
Beberapa ledakan juga terjadi di Esmeraldas dan Los Rios.
Kantor wali kota di Cuenca dan Quito membenarkan adanya ledakan lain.
Kantor kejaksaan agung mengatakan pihaknya sedang menyelidiki ledakan di Guayaquil.
Media lokal juga melaporkan ledakan tambahan di Loja dan Machala.
Pihak berwenang belum menjelaskan penyebab ledakan tersebut, dan belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab.
Kerusuhan di Ekuador membuat pemerintah Peru mengumumkan keadaan darurat di sepanjang perbatasannya dengan negara tersebut.
Sementara Brasil, Kolombia, dan Chili menyatakan dukungan mereka terhadap pemerintah Ekuador.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"