KONTEKS.CO.ID – Keamanan Ekuador menurun tampak dari maraknya kekerasan kriminal bersenjata, terutama dalam sepekan terakhir.
Hingga Presiden Ekuador, Daniel Noboa (36) melancarkan tindakan keras militer terhadap geng-geng kriminal.
Masalah kriminalitas di Ekuador menjadi tantangan khusus bagi Presiden Noboa yang menjabat sejak November tahun lalu.
Selama kampanyenya dulu, Noboa berjanji menekan kekerasan ketika geng penyelundup narkoba semakin banyak mengangkut kokain melalui Ekuador.
Sebenarnya, mengapa keamanan Ekuador menurun?
Dilansir dari Reuters, tak hanya ekonomi, pandemi Covid-19 juga menghajar keamanan negara Amerika Selatan itu.
Data pemerintah, jumlah kematian akibat kekerasan meningkat menjadi 8.008 orang pada tahun 2023.
Angka ini naik hampir dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.
Kekerasan tersebut meluas ke arena politik tahun lalu ketika seorang calon presiden antikorupsi terbunuh.
Pemerintah menyalahkan situasi ini pada semakin besarnya jangkauan geng penyelundup kokain, yang telah mengacaukan sebagian besar wilayah Amerika Selatan.
Selain itu, di dalam penjara Ekuador, geng-geng kriminal justru memanfaatkan lemahnya kontrol negara untuk memperluas kekuasaan mereka.
Kekerasan di penjara semakin sering terjadi dann mengakibatkan ratusan kematian.
Sementara pihak berwenang menyalahkan pertikaian geng yang ingin menguasai penjara.
Guayaquil, kota pesisir terbesar di Ekuador, merupakan kota paling berbahaya di negara itu.
Itu karena pelabuhannya berfungsi sebagai pusat penyelundupan narkoba.
Langkah Presiden Noboa
Presiden Noboa telah menggembar-gemborkan ‘Rencana Phoenix’ untuk keamanan.
Di dalamnya mencakup pembentukan unit intelijen baru, senjata taktis untuk pasukan keamanan, penjara baru dengan keamanan tinggi dan peningkatan keamanan di pelabuhan dan bandara.
Untuk merealisasikan rencana tersebut, memerlukan biaya sekitar USD800 juta.
Selain itu, AS akan menyediakan senjata baru senilai USD200 juta untuk tentara Ekuador.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"