KONTEKS.CO.ID – Perdana Menteri Papua Nugini, James Marape mengumumkan keadaan darurat setelah korban tewas dalam kekerasan dan penjarahan bertambah menjadi 16 orang.
Tak hanya itu, PM Marape juga memecat kepala polisi dan birokrat penting di departemen keuangan dan perbendaharaan.
Korban tewas terdiri atas sembilan orang dalam kerusuhan di Port Moresby.
Sementara tujuh orang tewas di Lae, di utara negara pertambangan emas dan tembaga tersebut.
“Ada bukti kerusuhan terorganisir yang terjadi,” katanya kepada wartawan.
Dia memastikan, pemerintah akan melakukan peninjauan terhadap penyebab kerusuhan.
“Peninjauan akan memastikan kita mengamankan demokrasi, kita mengamankan supremasi hukum,” katanya dalam konferensi pers, Kamis, 11 Januari 2024.
Kekerasan di ibu kota mereda pada hari Kamis, dan pemerintah mengerahkan polisi tambahan untuk menjaga ketertiban.
“Kini, sekitar 1.000 personel militer siaga untuk mencegah kerusuhan lebih lanjut,” kata Marape.
Kekerasan dan penjarahan ini bermula dari aksi protes polisi atas pemotongan gaji yang berakhir menjadi pelanggaran hukum pada Rabu, 10 Januari 2024.
Namun oleh para pejabat, pemotongan itu dikatakan sebagai kesalahan administratif.
Tayangan televisi menunjukkan ribuan orang di jalan-jalan ibu kota Port Moresby.
Banyak dari mereka membawa barang dagangan yang tampaknya hasil jarahan ketika asap hitam mengepul di kota itu.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"