KONTEKS.CO.ID – Sikap presiden Rusia Vladimir Putin yang belum memutuskan kedatangannya dalam KTT G20 Bali pada 15-16 November 2022 memunculkan banyak spekulasi di Eropa, khususnya media yang dekat dengan elit Uni Eropa (UE) seperti Euractiv.
Georgi Gotev, jurnalis UE dalam kolom opininya menulis jika Putin hadir dalam acara besar ini, itu akan menjadi KTT global besar pertama yang dihadirinya -bersama para pemimpin dunia unipolar dan BRICS secara berbarengan- pasca pasukan Rusia berderap memasuki Ukraina pada 24 Februari 2022.
Presiden Indonesia Jokowi dinilai berambisi menggunakan pertemuan G20 untuk pembicaraan damai Ukraina. Namun bagi AS dan sekutunya kehadiran Putin tidak diinginkan, bahkan Presiden AS Joe Biden tidak berniat duduk bersamanya. Hal tersebut mengutip juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby. Ini berarti bahwa keduanya dapat berbicara singkat saja tanpa pertemuan bilateral.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy telah menyerukan untuk mengeluarkan Moskow dari G20 tetapi karena Ukraina bukan anggota, ini menjadi mustahil (Ukraina saat ini dalam posisi bangkrut, bahkan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya saja, negara termiskin di Eropa ini menggantungkan kemampuan finansial dari sumbangan AS dan Uni Eropa). Karena AS yang merupakan anggota G20 pun tidak mampu membujuk Indonesia untuk mengeluarkan Rusia dari kelompok tersebut. Bagi Rusia, G20 merupakan sesuatu yang strategis karena hubungan baiknya dengan negara negara anggota tidak terbatas pada negara BRICS.
Georgi Gotev menganalisa Putin akan menghadiri KTT G20 dan melakukan yang terbaik untuk memenangkan pertempuran komunikasi di pulau Indonesia yang indah, dengan latar belakang edisi kedua krisis pangan global. Sinyalemen ini terlihat pada Sabtu lalu dimana Rusia menangguhkan partisipasinya dalam kesepakatan biji-bijian Laut Hitam yang ditengahi PBB yang disepakati pada bulan Juli.
Perjanjian Juli akan berakhir pada 19 November, dan semua mata tertuju pada Rusia untuk pembaruan. Rusia mengatakan penangguhan ini karena serangan Ukraina atas koridor laut hitam. Untuk itu Putin mungkin berencana untuk mencuri perhatian di Bali.
Gotev berasumsi Putin akan bekerjasama dengan Jokowi dan Erdogan menjadikan KTT ini sebagai panggung media yang akan ia gunakan untuk memukul AS dan sekutunya. Erdogan sendiri memiliki kredibilitas yang prestise dengan ikut menulis kesepakatan Juli dengan PBB.
Putin pasti akan menampilkan dirinya sebagai orang yang damai dan menyalahkan Zelenski sebagai orang yang suka berperang. Hingga hari ini posisi Ukraina jelas: pembicaraan dengan Rusia di bawah kepemimpinan Putin tidak mungkin. Pada Oktober, Zelenski menandatangani dekrit yang secara resmi menyatakan prospek pembicaraan Ukraina dengan Putin “tidak mungkin” tetapi membiarkan pintu terbuka untuk pembicaraan dengan Rusia secara lebih luas.
Skenario yang mungkin terjadi adalah: Putin dapat mengubah G20 menjadi tribun untuk narasi anti-Baratnya, atau dia mungkin mendapati dirinya lebih terisolasi daripada yang diperkirakan. Apa pun yang ada di pikirannya saat ini, para diplomat sudah sibuk di belakang layar. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"