KONTEKS.CO.ID – Ratusan warga negera Indonesia memenuhi KBRI Islamabad pada hari pertama Lebaran atau Idul Fitri 1445 H pada Rabu, 10 April 2024. KBRI juga menggelar shalat Idul Fitri dan halal bihalal.
Berbeda seperti biasanya, salat Id digelar di ruang terbuka dengan memanfaatkan cuaca sejuk musim semi.
Seluruh jamaah dengan khusyuk melaksanakan salat dan mendengarkan khutbah hari raya.
Bertindak sebagai imam, Muhsin Al Fatih Nasir dan khatib adalah Farhan Aflah Abdillah. Keduanya merupakan mahasiswa Islamic Studies di International Islamic University Islamabad (IIUI).
“Saya datang dari Peshawar. Sudah kangen berlebaran dengan masyarakat Indonesia sambil menikmati makanan khas lebaran. Alhamdulillah kesampaian juga,” ujar Aditya, WNI yang bekerja di UNHCR Peshawar tanpa keluarga karena faktor keamanan di wilayah provinsi Khyber Pakhtunkhwa yang beberapa kali memanas itu.
Tidak hanya Peshawar yang berjarak sekitar 200 km dari Islamabad, banyak juga masyarakat Indonesia yang datang dari wilayah-wilayah lain, seperti Lahore, Gujrat, Faisalabad, dan Rawalpindi.
“Saya tiba di KBRI jam 6 pagi. Berangkat dari Faisalabad tengah malam. Kalau tidak begitu takut telat,” ujar ibu asal Padang yang akrab dipanggil Nisa ini.
Sebenarnya tidak hanya momen Lebaran. KBRI Islamabad selalu membuka kesempatan bagi WNI berkumpul di komplek kedutaan besar untuk menikmati kebersamaan.
Sekedar contoh adalah pesta rakyat saat pemilu baru-baru ini, dan saat Agustus untuk memperingati HUT RI, peringatan Maulid Nabi, Nuzulul Quran, Hari Santri, dan masih banyak lagi.
Selama bulan Ramadhan tahun ini, KBRI Islamabad telah mengadakan buka puasa bersama dengan Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) di Pakistan.
Sebagai upaya kampanye Indonesia di Pakistan, kegiatan itu mendapat liputan dari televisi setempat yang tertarik meliput demo masak bakwan atau bala-bala.
Bakwa dianggap memiliki kemiripan dengan pakora di Pakistan. Seperti halnya bakwan atau bala-bala di Indonesia, pakora juga dijadikan santapan takjil di Pakistan.
Tidak semua Perwakilan Asing di Pakistan bisa dengan mudah menyelenggarakan acara keagamaan dengan jumlah massa besar di komplek Kedutaan Besar.
Apalagi Diplomatic Enclave Islamabad, lokasi sebagian besar Kedutaan Besar dan misi asing merupakan daerah steril dan penjagaan keamanan yang cukup ketat.
Disamping keamanan, faktor lainnya yang membuat Perwakilan asing tidak mudah mengadakan acara-acara keagamaan di dalam komplek Kedutaan Besar adalah keterbatasan jumlah diaspora, ideologi sekuler yang dianut sebagian perwakilan negara Muslim, sensitifitas isu sektarian, dan sebagainya.
Namun berbagai pihak di Pakistan memandang Indonesia tidak memiliki isu dan permasalahan tersebut.
“Masyarakat dan mahasiswa Indonesia merupakan aset diplomasi publik di Pakistan. Berbanggalah dengan Pancasila sebagai rujukan mengatur kemajemukan kultural dan keagamaan di tanah air,” ujar Kuasa Usaha Sementara KBRI Islamabad, Rahmat Hindiarta Kusuma.
“Karena itu harus percaya diri menampilkan Indonesia yang demokratis, moderat, dan bangsa besar kepada publik Pakistan,” ujarnya lagi.
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"