KONTEKS.CO.ID – Survei menunjukkan jumlah masjid di Amerika Serikat (AS) terus bertambah.
Padahal ada perlawanan dari lingkungan sekitar atau dewan kota ketika pihak pengelola berupaya mendapatkan izin untuk membangun atau memperluas area masjid.
Namun, pengelola masjid tanpa kenal lelah melakukan beragam hal agar dapat masyarakat sekitar bisa menerima keberadaan mereka.
Hasilnya, seperti dari survei Institute for Social Policy and Understanding (ISPU) di Dearborn, Michigan, jumlah masjid di AS meningkat menjadi 2.769 pada 2023. Padahal di tahun 2010 masih berkisar 2.106.
Namun, pertumbuhan ini terjadi tanpa rintangan. Sebanyak 35 persen masjid di AS menghadapi perlawanan dari lingkungan sekitar atau dewan kota.
Angka ini lebih besar dibanding antara 1980 – 2009 yang hanya 25 persen.
Ini mencerminkan perubahan sosial dan politik yang lebih luas di AS.
Namun demikian, pengelola masjid tidak menyerah. Mereka aktif berusaha agar masyarakat sekitar menerimanya.
Iftar atau buka puasa bersama menjadi salah satu momen penting untuk mengundang warga sekitar dan memperkenalkan Ramadan dan Islam kepada mereka.
Langkah Konkrit Muslim di AS
Salah satu contoh dilakukan oleh IMAAM Center di Silver Spring, Maryland.
Merekka mengundang warga sekitar untuk berpartisipasi dalam acara iftar setiap tahun.
Presiden IMAAM, Arif Mustofa, menjelaskan acara tersebut tidak hanya tentang beribadah tetapi juga tentang berbagi budaya dan nilai-nilai Islam kepada tetangga yang non-Muslim.
“Di lingkungan kita ini ada komunitas Yahudi, komunitas Nasrani, dan ini adalah momen yang terbaik untuk kita sharing apa sih Ramadan, apa saja sih kok itu rame di masjid,” katanya, seperti dilansir dari VOA, Kamis, 11 April 2024.
Tidak hanya itu, IMAAM Center juga bekerja sama dengan gereja setempat untuk kegiatan sosial bersama.
Hal serupa terjadi di Masjid At-Thohir di Los Angeles, California. Pengurus masjid membuka pintu mereka bagi warga non-Muslim dan aktif berpartisipasi dalam kegiatan sosial di komunitas sekitar.
“Sebelum tahun ajaran, kami juga melakukan distribusi back pack, school supplies. Kami undang masyarakat ke sini, jadi itu untuk masyarakat di sini. Insha Allah itu juga untuk menjalin hubungan dengan masyarakat,” kata salah seorang pengelola Indonesian Muslim Foundation-Los Angeles, Dwirana Satyavat.
Di Atlanta, Georgia, Masjid Al-Farooq menjalin hubungan yang baik dengan warga non-Muslim dengan memberikan kesempatan kepada mereka untuk belajar lebih banyak tentang Islam.
“Dalam 10 tahun ada sekitar 20.000 warga non-muslim yang datang dan pihak Masjid membantu mereka untuk lebih memahami Islam dengan memberikan presentasi dan menjawab berbagai pertanyaan dari mereka,” kata pengurus Masjid Al-Farooq Dr. Khalid Siddiq.
Sikap terbuka dan kerja sama ini memainkan peran penting dalam membangun harmoni antara komunitas Muslim dan non-Muslim di Amerika Serikat.
Salah satu warga setempat, Karen Gunkel mengaku merasakan kepedulian dan empati komunitas Muslim setelah menghadiri acara buka puasa bersama.
“Banyak warga non-Muslim datang ke Masjid. Ada yang berasal dari sekolah, orang yang ingin membuat makalah tentang Islam, hingga komunitas gereja.” ujarnya.
Peningkatan jumlah masjid di AS juga mencerminkan pertumbuhan populasi Muslim di negara itu. Terutama melalui imigrasi maupun angka kelahiran.
Dengan sikap terbuka dan kepedulian mereka terhadap komunitas sekitar, masjid-masjid ini tidak hanya menjadi pusat ibadah, tetapi juga menjadi sumber harmoni dan pemahaman antarberagama di tengah masyarakat yang beragam.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"