KONTEKS.CO.ID – Ketegangan di Timur Tengah semakin meningkat setelah serangan terhadap Konsulat Iran di Suriah.
Serangan tersebut telah memicu reaksi keras dari pemerintah Iran yang menuduh Israel sebagai pelakunya.
Presiden Iran, Ebrahim Raisi, dengan tegas menyatakan bahwa Iran tidak akan membiarkan tindakan kejahatan tersebut tanpa balasan.
Iran bersumpah untuk membalas dendam atas serangan tersebut.
Raisi menegaskan bahwa rezim Zionis Israel, setelah beberapa kekalahan dan kegagalan dalam menghadapi perlawanan di Suriah, kini menggunakan strategi pembunuhan buta.
Serangan terhadap Konsulat Iran menjadi pemicu eskalasi konflik antara Iran dan Israel yang telah berlangsung lama.
Ketegangan antara Iran dan Israel memperlihatkan bahwa konflik di Timur Tengah masih berlanjut dan dapat memunculkan potensi konfrontasi lebih lanjut di masa depan.
Dalam konteks ini, retorika keras dari pihak Iran menunjukkan bahwa mereka tidak akan mundur dalam menghadapi tekanan dari pihak lawan.
Namun, seberapa besar kekuatan Militer Iran dalam menghadapi konflik ini?
Kekuatan Militer Iran
Menurut analisis yang dipublikasikan oleh New York Times pada 14 April 2024, kekuatan militer Iran tidak bisa dianggap remeh.
Meskipun Iran belum terlibat dalam konflik langsung dengan musuh-musuhnya seperti Amerika Serikat dan Israel, kekuatan militer Iran termasuk yang terbesar di Timur Tengah.
Angkatan Bersenjata Iran memiliki lebih dari 580.000 personel aktif dan sekitar 200.000 personel cadangan terlatih.
Mereka memiliki Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara yang terpisah.
Serta Korps Garda Revolusi Islam sebagai kekuatan tambahan.
Garda Revolusi juga mengoperasikan Pasukan Quds, sebuah unit elit yang bertugas di wilayah luar negeri dan mendukung jaringan milisi proksi di seluruh Timur Tengah.
Meskipun Iran memiliki kekuatan militer yang besar, strategi militer mereka lebih fokus pada pencegahan, dengan pengembangan rudal presisi, drone, dan pertahanan udara.
Iran juga memiliki gudang rudal balistik dan drone terbesar di Timur Tengah, dengan kemampuan untuk mencapai sasaran di seluruh wilayah tersebut, termasuk Israel.
Selain itu, Iran telah memprioritaskan produksi senjata dan peralatan militer dalam negeri, menghasilkan rudal dan drone dalam jumlah besar.
Karena itu, Iran terkena sanksi internasional hingga membatasi akses terhadap persenjataan dan peralatan militer.
Namun Iran justru berhasil memproduksi dan mengembangkan teknologi pertahanan sendiri.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"