KONTEKS.CO.ID – Militer Israel mengatakan kepala intelijen militer telah mengundurkan diri.
Mayor Jenderal Aharon Haliva menjadi salah satu dari sejumlah komandan senior yang mengaku gagal meramalkan dan mencegah serangan paling dahsyat dalam sejarah Israel.
“Divisi intelijen di bawah komando saya tidak menjalankan tugas yang dipercayakan kepada kami. Sejak saat itu, saya selalu membawa hari kelam itu bersama saya,” katanya dalam surat pengunduran diri yang dikeluarkan oleh militer, Senin, 22 April 2024.
Selama serangan tanggal 7 Oktober, ribuan pejuang Hamas dan kelompok lain menerobos penghalang keamanan berteknologi tinggi di sekitar Gaza.
Serangan itu mengejutkan pasukan Israel. Sekitar 1.200 warga Israel dan orang asing tewas dalam serangan itu.
Sebagian besar dari mereka adalah warga sipil. Sekitar 250 orang menjadi sandera di Gaza. Saat ini, masih ada 133 orang masih tertawan.
Serangan tersebut sangat mencoreng reputasi militer dan badan intelijen Israel. Padahal sebelumnya, badan intelijen Israel ini terkenal tidak ada duanya.
Panglima angkatan bersenjata, Letnan Jenderal Herzi Halevi, dan kepala badan intelijen dalam negeri Shin Bet, Ronen Bar, menerima tanggung jawab setelah serangan tersebut.
Namun keduanya tetap bertahan sementara perang di Gaza terus berlanjut.
Sebaliknya, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sejauh ini belum merasa bertanggung jawab.
Padahal survei menunjukkan sebagian besar warga Israel menyalahkannya karena gagal berbuat cukup untuk mencegah atau bertahan dari serangan tersebut.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"