KONTEKS.CO.ID – Cheran merupakan kota kecil tanpa negara di wilayah Negara Bagian Michoacan, Meksiko dengan penduduk asli yang kerap disebut Purepecha. Awalnya, ini merupakan kota yang terkenal akan kekacauan yang begitu buruk.
Namun, semua bisa berubah ketika seluruh warga Kota Cheran bersatu menangkal kekacauan. Sehingga akhirnya Cheran menjadi sebuah oase harapan baru yang berdiri tanpa politisi dan negara yang mengatur pemerintahannya.
Perempuan menjadi kunci utama masyarakat Cheran untuk bangkit mempertahankan hutan mereka dari penebang ilegal bersenjata sekaligus mengusir polisi dan politisi di saat yang sama.
Bagaimana masyarakat Kota Cheran bisa mengubah wilayahnya menjadi bebas dari kartel narkoba dan mengatur sendiri pemerintahannya? Berikut ulasannya.
Cheran: Kota Ketakutan
Kota Cheran berarti kota ketakutan menurut bahasa setempat. Sebab secara topografi, sebagian wilayahnya berada pada puncak dan jurang-jurang yang curam.
Selain itu, kejahatan muncul di mana-mana. Bahkan setiap hari ada saja orang yang hilang dan terbunuh selama bertahun-tahun lamanya.
Kekacauan ini timbul dari maraknya kartel-kartel narkoba yang terorganisir menguasai wilayah tersebut.
Keadaan makin buruk dengan campur tangan polisi yang korup dan pemerintah yang gemar akan suap.
Kartel-kartel narkoba tidak ada tandingannya karena berlindung di balik polisi dan politisi tersebut.
Kartel-kartel ini tak hanya melakukan perdagangan narkoba, mereka juga turut melakukan pembunuhan dan pembabatan hutan secara ilegal sehingga menimbulkan ketegangan dengan masyarakat.
Perlawanan Warga Cheran
Belasan ribu warga Cheran telah muak dengan pemerintahnya yang bobrok.
Perlindungan polisi pun tidak mereka dapatkan sebagaimana mestinya. Sebaliknya, para polisi malah melindungi kriminal-kriminal tersebut.
Selama beberapa dekade terakhir, warga Cheran harus bersitegang dengan pencuri kayu hutan setiap harinya.
Bertahun-tahun lamanya truk-truk yang membawa kayu-kayu ilegal berseliweran melewati rumah warga.
Melansir BBC News yang terbit pada 13 Oktober 2016, pada tahun 2011, para penebang bersenjata semakin mendekati salah satu mata air Cheran.
“Kami khawatir, jika Anda menebang pohon, air yang ada akan berkurang. Suami kami punya ternak, di mana mereka akan minum jika mata airnya habis?” kenang Margarita Elvira Romero, salah satu konspirator.
Perempuan-perempuan Cheran berkumpul dan berinisiatif pergi ke hutan untuk berunding dengan pria bersenjata saat musim semi tiba.
Namun, mereka malah mendapatkan cacian dan pengusiran.
Kini mereka berencana untuk menghentikan truk-truk di kota guna mendapat dukungan dari tetangga mereka.
Tragedi Pemberontakan Cheran
Saat itu 15 April 2011, tepatnya Jumat dini hari, levantamiento, atau pemberontakan Cheran mulai.
Saat dalam perjalanan turun dari hutan di luar rumah Margarita, sejumlah perempuan memblokade truk para penebang kayu bahkan menyandera beberapa dari mereka.
Masyarakat Cheran seketika datang berlarian untuk membantu ketika lonceng Gereja El Calvario berbunyi dan kembang api meledak di langit fajar yang mereka gunakan sebagai pertanda bahaya.
“Semua orang di jalanan berlarian membawa parang. Wanita-wanita berlarian. Mereka semua menutupi wajah mereka. Anda bisa mendengar orang-orang berteriak, dan lonceng gereja berbunyi sepanjang waktu,” ungkap Melissa Fabian, yang saat itu berusia 13 tahun.
Selanjutnya, polisi kota tiba bersama wali kota, dan orang-orang bersenjata datang untuk membebaskan teman-temannya yang tersandera.
Sempat terjadi perselisihan yang tidak menyenangkan antara warga kota, penebang kayu, serta polisi.
Peristiwa berakhir ketika dua penebang pohon terluka akibat seorang pemuda menembakkan kembang api langsung ke arah mereka.
“Itu membuatku ingin menangis mengingat hari itu. Itu seperti film horor, tapi itu adalah hal terbaik yang bisa kami lakukan,” kata Margarita.
Cheran Menjalankan Pemerintahannya Sendiri
Cheran, sebuah kota dengan penduduk sekitar 20.000 orang memulai perjalanannya menuju pemerintahan sendiri.
Polisi dan politisi setempat segera diusir ke luar kota karena masyarakat Cheran mencurigai mereka selama ini bekerja sama dengan jaringan kriminal.
Partai politik pun terlarang masuk wilayan ini karena dianggap dapat memunculkan perpecahan antarmasyarakat.
Masyarakat dari empat distrik di Cheran masing-masing memilih perwakilan untuk dewan kota yang berkuasa.
Kini segala aspek kehidupan Cheran kembali ke akarnya.
Mereka menggunakan cara kuno dalam melakukan sesuatu dengan tidak bergantung pada pihak luar.
Mereka membangun pos pemeriksaan bersenjata di tiga jalan utama menuju kota.
Pos ini dijaga oleh anggota Ronda Comunitaria, sebuah milisi atau kepolisian lokal yang terdiri atas pria dan wanita dari Cheran.
Setiap kendaraan yang akan melintas harus berhenti, penumpangnya mendapat interogasi dari mana mereka berasal dan akan ke mana tujuannya.
Heriberto Campos, salah satu pendiri dan koordinator Ronda Comunitaria yang mempunyai julukan ‘Diablo’ atau ‘Iblis’ mengatakan mereka telah belajar banyak.
“Pada masa-masa awal, kami tidak tahu apa-apa tentang penggunaan senjata. Tapi sekarang kami tahu cara melawan. Dan jika penjahat kembali, kami siap menghadapi mereka,” ungkap Heriberto Campos.
Hukum Baru di Kota Cheran
Pelanggaran ringan yang berhubungan dengan alkohol diberikan keadilan sendiri oleh Cheran.
Seperti contoh kejadian pada suatu Minggu pagi di bulan September, 18 pemuda sedang sadar di balik jeruji besi di markas besar Ronda.
Mereka ditangkap karena minum-minum di jalanan atau mengemudi di bawah pengaruh alkohol.
Hukuman yang dijatuhkan termasuk denda dan kerja komunitas, seperti memunguti sampah.
Sedangkan pelanggaran hukum yang cukup serius akan dirujuk ke Jaksa Agung.
Namun dalam setahun terakhir tidak ada pembunuhan, penculikan atau penghilangan.
Sebuah Oase Harapan Baru yang Aman
Michoacan merupakan salah satu negara bagian paling berdarah di Meksiko, di mana kepala yang terpenggal digulingkan di lantai dansa dan granat dilemparkan ke alun-alun yang ramai.
Lebih dari 180 pembunuhan di negara bagian tersebut pada bulan Juli, yang merupakan jumlah tertinggi selama hampir satu dekade.
Pada komunitas sekitar Cheran, bahkan yang jauhnya tidak sampai 10 km, berita penculikan, pemerasan hingga pembunuhan merupakan hal lumrah terjadi.
Melissa, seorang mahasiswa biomedis berusia 18 tahun di sebuah perguruan tinggi di luar Cheran saat itu mengatakan dirinya merasa aman saat berjalan-jalan di malam hari.
“Di Cheran, saya merasa aman karena saya bisa berjalan-jalan di malam hari, dan saya tidak takut terjadi sesuatu,” ungkap Melissa.
Tidak hanya jalanan di Kota Cheran saja yang aman, bahkan hutan pinus bak lautan hijau yang menuruni perbukitan hingga kota di bawahnya yang pernah rusak oleh para penebang pun aman.
Kini perimeternya dipatroli setiap hari oleh para petugas dari Ronda Comunitaria.
Tanah di Kota Cheran sebagian besar dimiliki secara bersama-sama.
Keluarga berhak mengelolanya tetapi mereka tidak berhak memilikinya.
Kini setiap orang yang ingin menebang pohon harus mendapatkan izin dari pihak yang berwenang.
Regenerasi hutan perlahan-lahan masyarakat Kota Cheran lakukan.
Terprediksi lebih dari separuh hutan kota dengan luas 17ribu hektar telah hancur oleh kejahatan terorganisir.
Terdapat sekitar 3.000 hektar lahan telah mereka tanami kembali dengan bibit-bibit di kebun pembibitan milik pemerintah kota dalam lima tahun sejak pemberontakan.
Tidak Sepenuhnya Independen
Kota Cheran sebenarnya tidak sepenuhnya independen karena kota ini masih mendapatkan pendanaan dari negara bagian dan federal.
Namun, pemerintah Meksiko telah mengakui dan menjamin otonominya sebagai komunitas adat Purepecha.
Masyarakat Cheran berhak untuk tidak berpartisipasi dalam pemilihan lokal, negara bagian ataupun federal.
Sementara larangan mereka terhadap partai politik telah mendapat pengakuan dari pengadilan.
Saat ini, Kota Cheran telah menjadi oase harapan baru di negara bagian Michoacan.
Karena perdamaian dan keamanannya sangat kontras dengan ketakutan yang masih mendominasi di kalangan masyarakat sekitar.
Alasan kota oase ini berhasil berkembang pesat di tengah-tengah wilayah yang sangat kejam namun indah adalah karena solidaritas warganya.
Sebagian besar orang yang tinggal di Cheran merupakan orang-orang kota.
Namun, mereka harus mengikuti adat setempat dengan menikah dengan penduduk Cheran.
Hal ini memungkinkan setiap orang di Kota Cheran mengenali satu sama lainnya sehingga terbentuk fondasi persatuan yang kuat di kota tersebut.
Sebenarnya masih ada rasa khawatir akan meningkatnya kekerasan di Meksiko sehingga kartel narkoba bisa kembali berkuasa di Cheran.
Sejumlah kota di Michoacan mencoba mengadopsi langkah yang Cheran ambil, namun tidak berhasil.
Penduduk Cheran optimis dan siap memperjuangkan yang telah mereka capai selama ini.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"