KONTEKS.CO.ID – Indonesia selaku tuan rumah KTT G20 sedang menunggu konfirmasi 2 negara anggota Brazil dan Rusia serta 1 negara undangan Ukraina.
Terkait Brazil, belum ditentukan siapa yang akan memimpin delegasi, mengingat pemilihan presiden baru saja usai dan belum ada penetapan pemenang resmi. Apakah presiden Bolsonaro atau presiden terpilih Luiz Inacio Lula Da Silva.
Mengenai Rusia, Indonesia masih menunggu dan melihat apakah presiden Putin akan hadir, perbedaan mengenai masalah Ukraina telah membuat persiapan untuk pertemuan itu sangat berat. Demikian dikatakan Menlu Retno Marsudi, Kamis 3 November 2022 kepada Reuters.
Presidensi Indonesia untuk G20 tahun ini dan persiapannya untuk KTT G20 15-16 November di pulau Bali telah dibayangi oleh perang di Ukraina dan mengakibatkan krisis pangan dan energi, dengan perspektif berbeda dari 20 negara yang ekonominya paling kuat di dunia yang tidak setuju tentang bagaimana meresponnya.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan kepada Reuters dalam sebuah wawancara bahwa kehadiran Putin pada pertemuan itu mungkin baru terlihat pada menit terakhir.
“Mari kita tunggu sampai D-Day,” katanya, ketika ditanya apakah kehadiran pemimpin Rusia itu telah dikonfirmasi.
Presiden AS Joe Biden akan hadir
Saat Indonesia menerima tampuk presidensi G20 desember tahun lalu, saat itu kekhawatiran terbesar adalah pemulihan dari pandemi virus corona, tetapi itu berubah dengan operasi militer khusus Rusia ke Ukraina pada 24 Februari.
Sebagai tuan rumah G20, Indonesia telah bekerja keras untuk menjembatani kesenjangan, dengan Presiden Joko Widodo mengunjungi Kyiv dan Moskow pada bulan Juni dan mengundang Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk menghadiri KTT tersebut.
Kehadiran Zelensky belum dikonfirmasi tetapi Ukraina pada Selasa menyerukan agar Rusia dikeluarkan dari G20 dan undangan Putin ke KTT G20 Bali dicabut. Ditanya soal permintaan Zelensky itu, Retno mengatakan itu bukan hak prerogatif ketua G20. “Kepresidenan tidak punya hak untuk mengusir, kecuali itu adalah konsensus dari negara-negara anggota G20,” katanya.
Retno mengatakan beberapa negara telah mengambil pendekatan “hitam putih” untuk masalah yang sangat kompleks, dan dalam beberapa kasus anggota kelompok membutuhkan waktu berhari-hari untuk menyepakati penggunaan satu kata. “Ini sangat, sangat, sangat sulit,” katanya tentang persiapan KTT G20.
“Saya bisa katakan bahwa kepresidenan Indonesia kali ini, mungkin salah satu atau mungkin yang paling sulit dari semua G20 karena masalah geopolitik, ekonomi, dan lain-lain.” Kelompok tersebut telah gagal merilis komunike bersama pada beberapa pertemuan tahun ini, termasuk pertemuan para menteri luar negeri G20 pada bulan Juli.
Sebuah komunike bersama juga tampaknya tidak mungkin pada KTT G20 mendatang, Indonesia mengantisipasi hal tersebut dengan menyiapkan “deklarasi pemimpin”, demikian diungkapkan dua sumber diplomatik pada Reuters.
Indonesia telah menyatakan bahwa G20 harus fokus pada masalah ekonomi. Retno mengatakan meski diskusi tentang perang Ukraina tak terhindarkan, G20 tetap “utuh”. Di antara keberhasilan tahun ini, katanya, adalah dana untuk pandemi di masa depan yang telah mencapai $ 1,4 miliar, dengan kontribusi dari negara-negara seperti China, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"