KONTEKS.CO.ID – Dalam Sidang Reguler ke-16 Majelis Hukama Muslimin (MHM), Cendekiawan Muslim Indonesia M Quraish Shihab berbicara tentang fenomena fobia agama dan tantangan perubahan iklim yang kini melanda dunia.
Berbeda dari biasanya, sidang MHM yang diadakan di Bahrain tersebut turut dihadiri Pemimpin Gereja Katolik Paus Fransiskus. Sedangkan sidang dipimpin Grand Syekh Al-Azhar Ahmed Al Tayeb yang juga Ketua MHM. Turut hadir anggota Komite Eksekutif MHM asal Indonesia, TGB M Zainul Majdi.
Di hadapan para pemuka agama dari berbagai negara, M Quraish Shihab yang juga anggota dan pendiri MHM itu mengawali pandangannya dengan menyatakan bahwa meneruskan dialog Islam-Kristen yang diamanatkan oleh Piagam Persaudaraan Manusia di Abu Dhabi tiga tahun yang lalu adalah suatu tujuan yang mungkin dicapai.
Menurut dia, tema “Tantangan yang Dihadapi Umat Manusia Abad ke-21” yang dibahas dalam pertemuan itu menjadi bukti bahwa dialog antara pemimpin agama di dunia, yang diwakili Paus Fransiskus dan Syekh Ahmad Al-Tayeb, mulai menunjukkan hasilnya.
“Salah satu tantangan terbesar umat beragama saat ini adalah fobia terhadap agama sehingga membuat orang terancam mengalami kekeringan rohani. Fobia terhadap agama membuat orang mengalami kemiskinan moral yang dampaknya dapat terlihat pada perilaku individu, keluarga, dan masyarakat,” jelas Quraish Shihab, Jumat, 4 November 2022.
Dalam hal berkeluarga, jelas dia, ada kecenderungan orang untuk keluar dari fitrah suci manusia. Mereka mengeksploitasi anak untuk bekerja, serta melakukan tindak kekerasan terhadap perempuan.
Di sisi lain, fobia terhadap agama juga berdampak pada terjadinya krisis pangan akibat tidak adanya keadilan dan solidaritas. Hal itu pada gilirannya mengancam kehidupan jutaan manusia, terutama kaum lemah, yang menjadi korban perang.
“Fobia agama juga menjadi ancaman serius bagi umat manusia yang muncul dalam bentuk senjata nuklir,” tegasnya.
Selain fobia agama, Quraish Shihab juga menyoroti bahwa isu perubahan iklim merupakan salah satu dari banyak tantangan besar umat manusia. Dia mengatakan, perubahan iklim merupakan bukti nyata kelemahan manusia untuk mengendalikan naluri konsumtif dan kerakusan pada hal-hal yang bersifat materi. Ini bisa menghancurkan sumber daya alam yang belum pernah terjadi sebelumnya.
“Hal itu pada gilirannya mengancam masa depan kita dan semakin menambah parah tragedi dunia berupa kelaparan, kemiskinan, dan keterpinggiran,” paparnya.
Menurut Quraish Shihab, MHM memandang bahwa mendiskusikan tantangan-tantangan ini dengan sesama keluarga besar umat manusia, terutama pemuka dan tokoh agama dan kaum cerdik pandai yang berpengaruh, merupakan sesuatu yang mendesak untuk dilakukan saat ini.
MHM tidak melihat dialog ini hanya sebatas tuntutan merespons realitas, tetapi merupakan opsi mendasar dan berlaku sepanjang masa. “Dialog akan meningkatkan kemanusiaan manusia sebagai makhluk terhormat dan bertanggung jawab yang sedang menghadapi tantangan besar. Tidak ada harapan untuk menghadapi tantangan-tantangan itu kecuali dengan melakukan komunikasi dan dialog,” jelasnya.
Dia menegaskan, dialog adalah jaminan untuk secara sadar membangun komunikasi konstruktif antaraumat manusia sampai ke tingkat saling bekerja sama. Quraish memandang bahwa saling bekerja sama itu dapat terwujud dengan mengelola secara baik hubungan antara berbagai pihak dalam masyarakat manusia yang mengakui, membangun, dan memberdayakan pluralisme.
“Kemampuan saling bekerja sama antarmanusia yang berbeda itu merupakan wujud nilai kemanusiaan, moral, dan peradaban yang tinggi. Hal itu menunjukkan kematangan dalam interaksi antarmasyarakat,” ujar penulis Tafsir Al-Misbah ini.
“Dengan tingkatan itu, potensi melakukan penyimpangan moral dan ketidakadilan akan sirna. Dengan tingkatan itu, masyarakat dunia akan berada pada tingkatan bertemu dan bekerja sama untuk berbuat makruf, kebaikan, dan akhlak mulia,” lanjutnya.
Quraish menilai Forum Dialog Bahrain dan Sidang Reguler MHM tahun ini istimewa seiring kehadiran Syekh Ahmed Al-Tayeb dan Paus Fransiskus, dua tokoh besar yang telah menorehkan sejarah baru dalam interaksi antara dua agama besar dunia.
“Keduanya menginspirasi kita untuk maju terus merajut persaudaraan manusia melalui dialog antara pemuka dan pengikut agama. Banyak pihak melakukan dialog di bawah pimpinan kedua tokoh ini sebagai wujud pembumian tujuan agama yang diturunkan oleh Tuhan untuk kebahagiaan manusia,” tuturnya.
Majelis Hukama Muslimin menyelenggarakan sidang ke-16 dengan tema “Dialog Antaragama dan Tantangan Abad Ke-21” di Masjid Istana Sakhir, Manama, Bahrain. Sidang tahunan ini diselenggarakan setelah berakhirnya penyelenggaraan Forum Dialog Bahrain dengan tema “Timur dan Barat untuk Koeksistensi Manusia” pada 3 dan 4 November 2022 yang dihadiri oleh Raja Bahrain Hamad bin Isa Al Khalifa. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"