KONTEKS.CO.ID – Penyakit raja singa membuat WHO ketar-ketir. Ya, penyakit infeksi menular seksual tersebut adalah tantangan kesehatan masyarakat yang signifikan secara global.
Jutaan orang meninggal karena penyakit ini. Kekhawatiran WHO beralasan karena penyakit raja singa atau sifilis ini tahan terhadap antibiotik.
‘Kasus sifilis baru di kalangan orang dewasa berusia 15-49 tahun meningkat lebih dari satu juta pada tahun 2022. Jumlahnya mencapai delapan juta, dan terdapat 230.000 kematian terkait sifilis,” ungkap WHO di laman resmi PBB, melansir Kamis 23 Mei 2024.
Peningkatan tertinggi terjadi di benua Amerika dan Afrika.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan meningkatnya kasus sifilis menimbulkan kekhawatiran besar.
“Untungnya, terdapat kemajuan penting di sejumlah bidang lainnya. Termasuk dalam mempercepat akses terhadap komoditas kesehatan penting termasuk diagnostik dan pengobatan,” tambahnya.
Sifilis adalah salah satu dari empat infeksi menular seksual (IMS) yang dapat tersembuhkan dan menyebabkan lebih dari satu juta infeksi setiap hari. Penyakit lainnya adalah gonore, klamidia, dan trikomoniasis.
Selama pandemi COVID-19, banyak negara mengalami lonjakan sifilis pada orang dewasa dan ibu – 1,1 juta kasus, dan sifilis kongenital terkait, dengan 523 kasus per 100.000 kelahiran hidup per tahun.
Data baru juga menunjukkan peningkatan penyakit gonore multiresisten. WHO melaporkan bahwa pada tahun 2023, dari 87 negara yang melakukan peningkatan pengawasan resistensi antimikroba gonore, sembilan negara melaporkan peningkatan tingkat resistensi terhadap obat ceftriaxone, yang digambarkan sebagai “pengobatan lini terakhir”.
WHO sedang memantau situasi ini dan memperbarui pengobatan yang direkomendasikan dalam upaya mengurangi penyebaran. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"