KONTEKS.CO.ID – Seorang siswa di kota Chemille-en-Anjou, Prancis barat tega menikam wajah guru bahasa Inggrisnya.
Polisi yang menerima laporan segera menahan pelaku yang berusia 18 tahun tersebut.
Menurut pihak berwenang, insiden ini terjadi di Lycee de l’Hyrome saat jam pelajaran usai istirahat.
Siswa tersebut sempat melarikan diri melalui jendela, namun segera ditahan oleh polisi setempat.
Guru yang menjadi korban serangan ini mengalami cedera wajah yang tidak mengancam nyawa.
“Guru tersebut menderita cedera wajah yang tidak mengancam nyawa,” kata pernyataan pihak berwenang.
Meskipun demikian, dampak psikologis dari serangan ini kemungkinan akan lebih signifikan.
Jaksa penuntut umum, Eric Bouillard, berbicara kepada wartawan dan mengesampingkan motif agama atau radikal.
“Tersangka mengungkapkan perasaan ‘tidak bahagia’,” ujarnya.
Bouillard menambahkan, siswa tersebut tidak memiliki keluhan terhadap gurunya. Serangan itu tampaknya dilakukan secara impulsif.
“Dia menangkap guru itu dari belakang dan menikam wajahnya, menyebabkan kepanikan di kelas,” jelas Bouillard.
Setelah penyerangan, tersangka meninggalkan pisaunya di tempat kejadian.
Bouillard juga mengungkapkan, siswa tersebut membeli pisau itu seminggu sebelumnya, dengan niat untuk melakukan sesuatu dengan senjata tersebut.
“Dia melihat pisau ini dan membelinya. Dia akan melakukan sesuatu dengan pisau itu,” tambah Bouillard.
Siswa tersebut juga mengeluhkan jika dia mengalami terlalu banyak tekanan.
Pemuda tersebut telah menjadi siswa di sekolah tersebut selama tiga tahun. Dia baru kembali setelah absen karena sakit.
Menurut teman-temannya, dia tampak dalam suasana hati yang baik pada pagi hari serangan terjadi.
Setelah insiden ini, konseling diberikan kepada siswa dan guru di sekolah tersebut.
Kepolisian telah menggelar investigasi terhadap kasus ini dengan dakwaan percobaan pembunuhan.
Menteri Pendidikan Prancis, Nicole Belloubet menyatakan keterkejutannya atas kejadian ini.
“Saya sangat terkejut dan marah. Pikiran saya tertuju pada korban dan seluruh komunitas pendidikan,” tulis Belloubet di platform sosial media X.
Kekerasan di Sekolah Prancis
Peristiwa ini menambah daftar panjang insiden kekerasan di sekolah-sekolah Prancis dalam beberapa tahun terakhir.
Pada bulan April, Perdana Menteri Gabriel Attal mengumumkan langkah-langkah untuk menindak kekerasan remaja di dalam dan sekitar sekolah.
Langkah ini sebagai upaya pemerintah untuk meningkatkan keamanan menjelang pemilu Eropa yang akan datang.
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"