KONTEKS.CO.ID – Kekerasan pemilu tidak terkendali di Meksiko. Noé Ramos Ferretiz, calon presiden kota Mante, sebuah kota di negara bagian Tamaulipas, ditikam beberapa kali saat sedang berkampanye. Politisi yang tergabung dalam Partai Aksi Nasional itu tewas di tempat.
Melansir dari media spanyol, El Pais, tersangka utama kabur tanpa jejak siang itu. Tidak berhenti di situ, beberapa jam setelahnya, jenazah Alberto Antonio García, calon wali kota dari partai MORENA, ditemukan di kota San José Independencia, negara bagian Oaxaca, Meksiko. Istrinya, seorang anggota dewan di kota berpenduduk kurang dari 5.000 jiwa, bebas dal kondisi hidup setelah mengalami penculikan selama dua hari.
Pembunuhan Ramos Ferretiz dan Antonio García merupakan dua kasus terbaru yang terdaftar pada proses pemilu 2024. Di pemilu kali ini, 30 kandidat telah tewas akibat penyerangan, menurut data dari lembaga think tank Laboratorio Electoral (“Electoral Laboratory”).
EL PAÍS telah menginvestigasi temuan-temuan perusahaan konsultan tersebut selama 10 bulan terakhir untuk memahami lebih dalam spiral kekerasan yang meliputi konflik ini. Dalam laporan tersebut, terungkap bahwa lebih dari 170 serangan terjadi, termasuk 29 penyerangan, 11 penculikan, dan 77 ancaman pembunuhan.
Selain itu, terdapat catatan setidaknya 27 pembunuhan terhadap individu yang tidak terlibat dalam kontes, seperti kerabat pejabat, organisator politik, pemimpin masyarakat, dan politisi pertahanan. Data ini telah update hingga 19 April, menyoroti eskalasi kekerasan yang terus berlangsung dalam konflik tersebut.
Kekerasan di 13 Negara Bagian
Kekerasan yang mengancam nyawa para kandidat pemilihan umum telah menjangkiti 13 dari 32 negara bagian di negara tersebut. Kecenderungan terbesar terjadi di wilayah tengah dan selatan. Menurut Espinosa Silis, “Ancaman berat terdapat di Michoacán, Guerrero, dan Chiapas.”
Dari total 30 pembunuhan terhadap kandidat, tujuh di antaranya terjadi di Guerrero. Sementara itu Michoacán dan Chiapas masing-masing mencatatkan empat dan tiga kasus. Negara bagian lainnya yaitu Oaxaca, Edomex, Guanajuato, Jalisco, Puebla, dan Veracruz, masing-masing memiliki dua kasus. Sementara Mexico City, Colima, Morelos, dan Tamaulipas masing-masing satu kasus.
Banyak dari kandidat yang menjadi korban kekerasan bahkan sebelum mengumumkan pencalonan mereka secara resmi, atau bahkan belum memulai kampanye politik mereka.
Koordinator Laboratorio Electoral Daniela Arias mengatakan, masa pra-kampanye dan periode antar-kampanye– yang merupakan jeda sebelum tahap akhir pemilihan, sering menjadi momen meningkatnya kekerasan politik. Hal ini menunjukkan bahwa situasi keamanan semakin memburuk di tengah proses politik yang sedang berlangsung.
Arias menduga kelompok kriminal terorganisir berupaya melakukan kontrol politik di wilayah yang mereka kuasai. Organisasi kriminal inilah yang memberi wewenang siapa yang dapat bersaing dan memerintah, dalam upaya untuk menarik perhatian otoritas lokal. “Ini adalah cara untuk menekan dan mengkondisikan keputusan partai politik,” ungkap Arias.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"