KONTEKS.CO.ID – Dua dari empat kandidat presiden Iran memimpin perolehan suara dalam pemilu 2024.
Keduanya yakni reformis, Masoud Pezeshkian dan mantan perunding nuklir garis keras, Saeed Jalili.
Namun keduanya gagal memperoleh suara di atas 50 persen. Ini memungkinkan akan terselenggaranya pilpres putaran II pada 5 Juli mendatang.
Juru bicara pemilu, Mohsen Eslami mengumumkan hasilnya dalam konferensi pers yang disiarkan oleh televisi pemerintah Iran.
Ia mengatakan dari 24,5 juta suara yang masuk, Pezeshkian mendapat 10,4 juta suara. Sedangkan Jalili mendapat 9,4 juta suara.
Sementara kandidat lain yang juga Ketua Parlemen, Mohammad Bagher Qalibaf memperoleh 3,3 juta suara.
Terakhir, ulama Syiah, Mostafa Pourmohammadi memperoleh lebih dari 206.000 suara. Sementara surat suara rusak mencapai 1.056.159 buah.
“Tidak ada satupun kandidat yang dapat memperoleh suara mayoritas absolut. Oleh karena itu, kandidat pertama dan kedua yang memperoleh suara terbanyak akan dirujuk untuk putaran kedua, yang dijadwalkan pada Jumat depan,” kata Eslami dalam konferensi pers tersebut.
Dari sekitar 61 juta pemilih yang memenuhi syarat, sekitar 24,5 juta pemilih pergi ke tempat pemungutan suara.
Ini berarti hanya sekitar 40% pemilih yang menggunakan haknya. Ini menjadi pemilu dengan jumlah pemilih terendah dalam sejarah republik Islam tersebut.
Sejak revolusi Islam pada tahun 1979, Iran telah mengadakan 13 pemilihan presiden. Hanya satu dari pemilu tersebut yang menghasilkan putaran kedua, yaitu pada tahun 2005.
Pemilu ini awalnya dijadwalkan pada tahun 2025 tetapi dipercepat karena kematian presiden ultrakonservatif Ebrahim Raisi dalam kecelakaan helikopter bulan lalu.
Dewan Wali, yang memeriksa kandidat pemilu di republik Islam tersebut, awalnya menyetujui enam kandidat.
Namun, sehari menjelang pemilu, dua kandidat yakni wali kota ultrakonservatif Teheran, Alireza Zakani dan wakil presiden Raisi, Amir-Hossein Ghazizadeh-Hashemi – keluar dari pencalonan.
Dalam pemilu tahun 2021 yang membawa Raisi berkuasa, Dewan mendiskualifikasi banyak kelompok reformis dan moderat. Itu memicu banyak pemilih untuk mengikuti pemilu.
Tingkat partisipasi pemilih saat itu hanya di bawah 49 persen. Saat itu menjadi angka terendah dalam pemilihan presiden mana pun di Iran.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"