KONTEKS.CO.ID – Libanon kini memposisikan diri dalam keadaan perang dengan Israel setelah wilayah perbatasannya terus Israel serang.
“Kami berada dalam keadaan perang karena ancaman dan agresi dari Israel,” kata Perdana Menteri (PM) sementara Libanon, Najib Mikati, mengutip Sputnik, Minggu 30 Juni 2024.
“Ancaman yang kami lihat semacam perang psikologis. Pertanyaan yang ada di bibir semua orang ‘Apakah ini perang?’ -jatuhnya korban sipil dan hancurnya desa-desa,” kata Mikati dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu.
Pada tanggal 18 Juni, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengumumkan bahwa mereka telah menyetujui rencana operasional serangan di Libanon.
Menteri Luar Negeri Israel Israel Katz kemudian mengatakan bahwa Israel “sangat dekat” dengan keputusan untuk “mengubah aturan” terhadap Hizbullah dan Libanon.
Ia mengancam akan menghancurkan gerakan tersebut dalam perang habis-habisan dan memukul keras negara tetangganya itu.
Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah, mengatakan, gerakan tersebut dapat menyerang Israel utara jika konfrontasi semakin meningkat.
Situasi di perbatasan Israel-Libanon memburuk setelah dimulainya operasi militer Israel di Jalur Gaza pada Oktober 2023.
Tentara IDF dan pejuang Hizbullah setiap hari saling menembak ke posisi masing-masing di wilayah sepanjang perbatasan.
Kementerian Luar Negeri Libanon menyebutkan sekitar 100.000 orang harus meninggalkan rumah mereka di wilayah perbatasan. Sedangkan Kementerian Luar Negeri Israel menyebutkan 80.000 warga Israel harus melakukan hal serupa. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"