Rusia Kirim 10.000 Warga Naturalisasi untuk Berjuang di Ukraina
KONTEKS.CO.ID – Rusia telah mengirimkan sekitar 10.000 warga negara naturalisasi untuk berperang di Ukraina, kata seorang pejabat tinggi Moskow pada Kamis lalu.
Sejumlah warga negara naturalisasi lebih memilih untuk meninggalkan negara itu daripada harus menjalani wajib militer.
Moskow dituduh menekan migran Asia Tengah untuk bergabung dengan angkatan bersenjatanya di tengah upaya perekrutan yang gencar guna meningkatkan jumlah pasukan untuk serangan militernya terhadap Ukraina.
Melansir situs The Defense Post, Minggu 30 Juni 2024, Ketua Komite Investigasi Rusia, Alexander Bastrykin, mengatakan, Moskow menindak migran. Imigran yang telah menerima kewarganegaraan Rusia tetapi tidak mendaftar ke otoritas militer.
“Kami telah menangkap lebih dari 30.000 orang yang telah menerima kewarganegaraan tetapi tidak ingin mendaftar dinas militer dan memasukkan mereka ke dalam daftar,” katanya, merujuk pada database laki-laki yang memenuhi syarat untuk wajib militer.
“Sudah sekitar 10.000 orang telah dikirim ke zona operasi militer khusus,” katanya, menggunakan bahasa resmi Rusia untuk kampanyenya di Ukraina.
Rusia ‘Jebak’ Imigran Asia
Jutaan pekerja migran, sebagian besar dari Asia Tengah, tinggal di Rusia, banyak di antaranya melakukan pekerjaan bergaji rendah dan hidup dalam kondisi miskin agar dapat mengirimkan gaji mereka kepada keluarga di negara asal mereka.
Menghadapi kekurangan tenaga kerja, Rusia telah mempermudah mereka untuk memperoleh kewarganegaraan Rusia dalam beberapa tahun terakhir.
Kewarganegaraan merupakan tawaran yang menarik bagi banyak orang. Karena secara signifikan mengurangi birokrasi yang terkait dengan tinggal dan bekerja di negara tersebut.
Namun undang-undang tersebut juga mewajibkan para migran untuk mendaftar pada otoritas militer dan, jika dipanggil, untuk bertugas di militer.
Bastrykin mengatakan bahwa beberapa orang mulai “perlahan-lahan pergi” di tengah intensifikasi pemeriksaan.
Sikap anti-migran juga meningkat di sana setelah serangan teror di gedung konser Kota Moskow yang menewaskan lebih dari 140 orang pada bulan Maret.
Polisi telah menangkap beberapa tersangka pria bersenjata dan komplotan dari Tajikistan terkait pembantaian tersebut.
Penggerebekan terhadap tempat kerja dan asrama migran, yang sudah lazim terjadi, juga semakin meningkat. Sementara para politisi telah mendorong Kremlin untuk mengambil tindakan lebih keras terhadap migrasi. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"