KONTEKS.CO.ID – Mantan PM Belanda Mark Rutte bisa menjadi inspirasi bagi pejabat di Indonesia. Meskipun 14 tahun bekerja melayani rakyatnya, tak ada perayaan mewah di kantornya.
Dalam video yang beredar di media sosial X, Mark Rutte keluar dari Kantor Perdana Menteri Belanda hanya dengan bersepeda onthel. Bersepeda sendiri memang sudah menjadi ciri khas dari rakyat Belanda.
Itulah hari terakhir sederhana dari pemimpin Belanda yang sudah berkuasa selama 14 tahun. Ia telah menyerahkan jabatannya kepada penggantinya Dick Schoof.
Penunjukan Schoof sebagai PM Belanda menandai perubahan besar dari lanskap politik tradisional. Karena ia mengambil alih kepemimpinan tanpa afiliasi ke partai mana pun dan absen dari persaingan pemilu baru-baru ini.
Sementara itu, Rutte siap untuk mengambil peran sebagai Sekretaris Jenderal NATO. Yakni, sebuah aliansi strategis yang melindungi negara-negara anggota di Eropa dan Amerika Utara.
Transisi ini terjadi di tengah pelantikan pemerintahan sayap kanan pertama Belanda, menyusul pemilu bersejarah yang mengubah arah politik negara tersebut.
Dipimpin oleh Partai Geert Wilders, koalisi tersebut menjanjikan perubahan dalam pemerintahan setelah Rutte menjabat sebagai perdana menteri.
Perkembangan ini menggarisbawahi momen penting dalam politik Belanda, yang mencerminkan kesinambungan dan perubahan dalam kepemimpinan dan arah kebijakan negara tersebut.
Kekalahan Mark Rutte Khawatirkan Imigran
Dick Schoof menyampaikan pidato pengukuhannya di depan parlemen pada hari Rabu. Ia berjanji untuk memprioritaskan salah satu tujuan utama pemerintahan barunya, yakni pengurangan imigrasi.
“Perhatian utama di antara permasalahan ini adalah suaka dan migrasi. Ini adalah inti permasalahannya, apapun sudut pandang seseorang,” kata Schoof, mengutip Economic Times, Minggu 7 Juli 2024.
Tidak berafiliasi dengan salah satu dari empat partai yang membentuk pemerintahan koalisi, Schoof secara resmi mengambil alih kepemimpinan dari Perdana Menteri Mark Rutte yang sudah lama menjabat pada hari Selasa.
Mantan Kepala Badan Intelijen dan Kantor Kontraterorisme Belanda berusia 67 tahun itu muncul sebagai pilihan yang mengejutkan untuk posisi teratas.
Pemilu tahun lalu menunjukkan partai antiimigrasi yang dipimpin oleh Geert Wilders mendapatkan kursi terbanyak. Sehingga mendorong upaya 223 hari untuk membentuk pemerintahan koalisi yang melibatkan empat partai.
Perlawanan dari mitra koalisi lainnya menghalangi Wilders untuk mengambil peran perdana menteri. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"