KONTEKS.CO.ID – Argentina pernah mendapat pujian terkait hak-hak LGBTQ. Namun peristiwa 4 (empat) lesbian dibakar membuahkan kritik yang menyalahkan meningkatnya intoleransi pada Pemerintahan Javier Milei
Serangan ini mengejutkan negara yang telah lama dianggap sebagai pelopor hak-hak LGBTQ. Pada tanggal 6 Mei 2024 dini hari, empat wanita lesbian dibakar di Argentina. Hanya satu dari mereka yang selamat.
Itu terjadi di sebuah rumah kos di lingkungan Barracas di Buenos Aires, tempat Pamela Fabiana Cobas, Mercedes Roxana Figueroa, Andrea Amarante, dan Sofía Castro Riglo berbagi kamar.
Laporan CNN, Minggu 7 Juli 2024, melaporkan, saksi mata menyebut seorang pria menerobos masuk dan melemparkan alat pembakar yang menyebabkan para wanita tersebut terbakar.
Pamela meninggal segera setelah itu. Rekannya, Roxana, meninggal beberapa hari kemudian karena kegagalan organ. Andrea meninggal pada 12 Mei di rumah sakit.
Rekan Andrea, Sofía, adalah satu-satunya yang selamat. Dia menghabiskan waktu berminggu-minggu untuk memulihkan diri di rumah sakit dan masih hidup hingga saat ini. Ini karena Andrea menindihnya untuk melindungi dari kobaran api, kata pengacara Sofia, Gabriela Conder, kepada CNN. “Pasangannya menyelamatkannya,” kata Conder.
Pelaku LGBTQ Kutuk Serangan
Para pembela hak-hak LGBTQ setempat mengutuk serangan tersebut sebagai kejahatan rasial dan pembunuhan lesbi. Mereka mengatakan, para perempuan tersebut menjadi sasaran karena identitas seksual mereka.
Polisi telah menangkap seorang pria berusia 62 tahun yang tinggal di gedung tersebut. Namun menurut Conder, saat ini mereka tidak menganggap insiden tersebut sebagai kejahatan rasial karena motifnya masih belum jelas.
Bagi kelompok LGBTQ di Argentina serangan tersebut merupakan manifestasi ekstrem dari apa yang mereka anggap sebagai gelombang permusuhan yang semakin besar terhadap mereka.
Pihak yang paling mereka salahkan atas meningkatnya intoleransi ini adalah para penguasa. Yang paling utama di antara mereka, kata mereka, adalah pemimpin sayap kanan baru di negara itu, Javier Milei.
“Segala sesuatunya berubah dengan pemerintahan baru Javier Milei,” kata Maria Rachid, Kepala Institut Menentang Diskriminasi di Kantor Ombudsman di Buenos Aires, dan anggota dewan serta pendiri Federasi LGBT Argentina (FALGBT).
“Sejak awal pemerintahan baru, ada pejabat pemerintah nasional yang mengekspresikan diri mereka dengan cara yang diskriminatif. Juga ujaran kebencian di depan komunitas kita berasal dari tempat-tempat yang memiliki begitu banyak kekuasaan, tentu saja, apa yang mereka lakukan adalah menghasilkan – bahkan melegitimasi – dan mendukung tindakan-tindakan diskriminatif tersebut. Posisi yang kemudian terekspresikan dengan kekerasan dan diskriminasi dalam kehidupan sehari-hari,” tutur Rachid.
Lesbian Dibakar, Milei Diserang
Ketika Milei mencalonkan diri sebagai presiden pada tahun 2023, dia dan partainya tertuduh melontarkan pernyataan ofensif terhadap komunitas LGBTQ yang teranggap sebagai ujaran kebencian oleh banyak kelompok. Termasuk Observatorium Nasional Kejahatan Kebencian LGBTQ di Argentina.
Dalam wawancara YouTube menjelang pemilu November, Milei menegaskan bahwa dia tidak menentang pernikahan sesama jenis. Tetapi dalam wawancara yang sama, dia membandingkan homoseksualitas dengan berhubungan seks dengan binatang.
“Apa peduliku dengan preferensi seksualmu? Jika Anda ingin bersama gajah, dan Anda mendapat persetujuan dari gajah tersebut, itu adalah masalah antara Anda dan gajah tersebut,” katanya, membuat marah komunitas LGBTQ, yang menyebut komentar tersebut tidak manusiawi.
Pada akhir bulan Oktober, anggota kongres terpilih Mondino, yang kemudian menjadi menteri luar negeri Milei, mengatakan, dia mendukung kesetaraan pernikahan secara teori. Namun pada saat yang sama, membandingkannya dengan memiliki kutu.
“Sebagai seorang liberal, saya mendukung proyek kehidupan setiap orang. Ini jauh lebih luas dari kesetaraan pernikahan. Izinkan saya melebih-lebihkan: Jika Anda memilih untuk tidak mandi dan penuh kutu dan itu adalah pilihan Anda, itu saja. Nanti jangan mengeluh kalau ada yang tidak suka kamu punya kutu,” ujarnya.
Setelah menjabat pada bulan Desember, Milei mengambil langkah-langkah yang menurut para kritikus melemahkan perlindungan bagi kelompok LGBTQ. Dia melarang penggunaan bahasa inklusif gender di pemerintahan.
Lalu mengganti Kementerian Perempuan, Gender dan Keberagaman dengan wakil sekretariat yang kurang kuat di Kementerian Sumber Daya Manusia. Dan secara efektif menutup badan antidiskriminasi nasional, dengan mengatakan Kementerian Kehakiman akan mengambil alih fungsinya. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"