KONTEKS.CO.ID – Rusia melancarkan serangan bom ke Rumah Sakit Anak Okhmatdyt di Kiev.
Serangan pada Senin 8 Juli 2024 lalu itu menyebabkan kerusakan parah pada bangunan rumah sakit.
Petugas medis terpaksa mengevakuasi puluhan pasien anak penderita kanker.
Institut Kanker Nasional kini menjadi tempat pengungsian bagi para pasien tersebut. Hal itu memperburuk kepadatan rumah sakit.
Salah satu orang tua pasien kanker anak yang merasakan kesulitan tersebut yakni Oksana Halak.
Dia belum lama mengetahui jika anaknya yang berusia dua tahun, Dmytro menderita leukemia limfoblastik akut.
“Kami berada di rumah sakit ketika sirene berbunyi di seluruh kota. Kami tidak bisa lari ke tempat penampungan karena anak kecil itu mendapat infus,” kata Halak.
Setelah ledakan pertama, perawat membantu memindahkan mereka ke ruangan lain tanpa jendela, yang lebih aman.
“Kami merasakan gelombang ledakan yang kuat. Kami merasakan ruangan bergetar dan lampu padam,” kenangnya.
Tak lama setelah itu, mereka dievakuasi ke Institut Kanker Nasional. Kini Dmytro menjadi satu dari 31 pasien yang harus beradaptasi dengan rumah sakit baru di tengah perjuangan melawan kanker.
Kedatangan mereka menggandakan jumlah anak yang dirawat karena kanker di sana.
Dmytro dan pasien lainnya ditawari evakuasi ke rumah sakit di luar negeri. Halakpun berencana melakukan perawatan untuk anaknya di Jerman.
“Kami memahami situasi yang kami alami, kami tidak dapat menerima bantuan yang seharusnya kami dapatkan, dan kami terpaksa mengajukan permohonan evakuasi ke luar negeri,” katanya.
Kerusakan di Okhmatdyt memicu respons nasional yang kuat.
Direktur Jenderal Institut Kanker Nasional, Olena Yefimenko mengatakan, Okhmatdyt yang hancur adalah penderitaan seluruh bangsa.
Segera setelah serangan itu, pesan mulai beredar di media sosial untuk mengumpulkan dana guna restorasi rumah sakit.
Banyak orang tua yang anaknya dirawat di sana menulis pesan terima kasih. Mereka juga mengatakan anak-anak mereka selamat karena perawatan rumah sakit meskipun diagnosisnya sulit.
Hanya dalam tiga hari, warga Ukraina dan perusahaan swasta berhasil mengumpulkan lebih dari USD7,3 juta melalui platform penggalangan dana nasional UNITED24.
Meski begitu, beberapa keluarga tetap memilih untuk melanjutkan pengobatan anak mereka di Kiev. Salah satunya Yuliia Vasylenko.
Dia telah memutuskan bahwa putranya yang berusia 11 tahun, Denys, akan tetap berada di Kiev untuk menjalani perawatan kanker.
Pada hari penyerangan, Denys, yang menderita beberapa tumor sumsum tulang belakang, seharusnya memulai kemoterapi.
Serangan tersebut menunda pengobatannya tanpa batas waktu. Tak hanya itu, Denys harus menjalani pemeriksaan dan tes tambahan.
“Jika kami pergi ke suatu tempat, dengan diagnosis kami, kami harus mengulang semua tes dari awal,” katanya.
Dia menambahkan, rangkaian tes itu bisa memakan waktu tiga hingga empat bulan.
“Dan kami tidak tahu apakah kami punya waktu itu,” ujarnya.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"