KONTEKS.CO.ID – Bangladesh menutup kantor-kantor, memberlakukan jam malam untuk mengekang protes kuota pekerjaan yang menewaskan lebih dari 100 orang.
Tentara berpatroli di jalan-jalan sepi di Ibu Kota Bangladesh, Dhaka, pada Sabtu 20 Juli 2024. Pemerintah telah memerintahkan semua kantor dan lembaga untuk tetap tutup selama dua hari setelah sedikitnya 114 orang terbunuh pekan ini. Di mana mahasiswa memimpin gerakan rakyat melakukan protes terhadap kuota pekerjaan pemerintah.
Setidaknya empat orang tewas, menurut data rumah sakit, dalam bentrokan sporadis pada hari ini di beberapa daerah di Dhaka. Ibu Kota masih menjadi pusat protes dan pasukan keamanan memasang penghalang jalan untuk memberlakukan jam malam.
Pemerintahan Perdana Menteri Sheikh Hasina mengatakan, hari Minggu dan Senin sebagai “hari libur nasional” karena situasi di negara tersebut. Hanya layanan darurat yang boleh beroperasi.
Pihak berwenang sebelumnya telah menutup universitas dan perguruan tinggi mulai hari Rabu pekan ini.
Kerusuhan nasional terjadi menyusul kemarahan mahasiswa terhadap kuota pekerjaan di pemerintahan. Kuota itu mencakup 30%pekerjaan yang terperuntukkan bagi keluarga mereka yang berjuang untuk kemerdekaan dari Pakistan.
CNA melaporkan, Pemerintahan Hasina telah menghapus sistem kuota pada 2018. Tapi pengadilan menerapkannya kembali bulan lalu.
Mahkamah Agung menangguhkan keputusan tersebut setelah pemerintah mengajukan banding dan akan mendengarkan kasus tersebut pada hari Minggu setelah setuju untuk memajukan sidang yang terjadwalkan pada 7 Agustus.
Demonstrasi tersebut –yang terbesar sejak Hasina terpilih kembali untuk masa jabatan keempat berturut-turut tahun ini– juga terpicu oleh tingginya pengangguran di kalangan generasi muda. Gen Z atau milenial jumlahnya hampir seperlima dari populasi penduduk.
Bangladesh Tutup Layanan Internet
Pemerintah juga menutup layanan internet dan pesan teks di Bangladesh sejak Kamis lalu. Eksekutif memutus koneksi negara tersebut ketika polisi menindak pengunjuk rasa yang menentang larangan pertemuan publik.
Panggilan telepon dari luar negeri sebagian besar gagal tersambung, sementara situs web organisasi media yang berbasis di Bangladesh tidak terperbarui dan akun media sosial mereka tetap tidak aktif.
“Menghapuskan negara berpenduduk hampir 170 juta orang dari internet adalah langkah drastis. Ini belum pernah kita lihat sejak revolusi Mesir tahun 2011,” kata John Heidemann, Kepala Ilmuwan Divisi Jaringan dan Keamanan Siber di USC Viterbi’s Institut Ilmu Informasi.
Penutupan internet menyebabkan banyak orang tidak dapat mengisi ulang meteran listrik mereka, sehingga mereka tidak mendapat aliran listrik.
Bentrokan tersebut telah melukai ribuan orang, menurut rumah sakit di seluruh Bangladesh. Rumah Sakit Perguruan Tinggi Kedokteran Dhaka menerima 27 jenazah antara pukul 17.00 dan 19.00 pada hari Jumat.
Selama seminggu polisi menembakkan gas air mata, peluru karet dan melemparkan granat suara untuk membubarkan pengunjuk rasa yang melemparkan batu bata dan membakar kendaraan.
Ketika jumlah korban tewas meningkat dan polisi bersama pasukan keamanan lainnya tidak mampu membendung protes, pihak berwenang memberlakukan jam malam nasional. Pemerintah juga mengerahkan militer, yang mendapat perintah untuk menembak di tempat jika terperlukan.
Jam malam dilonggarkan selama dua jam sejak Sabtu siang untuk memungkinkan orang berbelanja perbekalan dan menyelesaikan tugas-tugas lainnya. Ini akan berlangsung hingga pukul 10 pagi pada hari Minggu, ketika pemerintah akan menilai situasi.
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"