KONTEKS.CO.ID – Sekitar 15 warga Gaza tewas dalam serangan udara Israel Minggu, 21 Juli 2024 malam. Beberapa di antaranya anak-anak dan perempuan.
Data ini berasal dari pejabat rumah sakit setempat dan penghitungan jenazah oleh jurnalis Associated Press (AP).
Serangan udara tersebut menghantam kamp pengungsi Bureij di Gaza tengah. Sembilan orang, dua di antaranya anak-anak tewas dalam serangan itu.
Israel juga melancarkan serangan ke kota selatan Khan Younis, di mana sedikitnya enam orang tewas. Dua di antaranya anak perempuan.
“Tubuh bayi berusia lima bulan yang tidak diketahui” tertulis pada salah satu kain kafan di rumah sakit Khan Younis.
Asap juga mengepul dari kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah, namun belum ada laporan mengenai korban jiwa dari lokasi tersebut.
Serangan udara terbaru ini terjadi di tengah persiapan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk berangkat ke Amerika Serikat pada Senin, 22 juli 2024.
Dia dijadwalkan bertemu dengan Presiden Joe Biden dan berpidato di depan Kongres.
Dalam pidatonya, Netanyahu diperkirakan akan membahas perang sembilan bulan melawan Hamas sementara negosiasi gencatan senjata terus berlangsung.
“Sebuah tim akan dikirim untuk melanjutkan pembicaraan pada hari Kamis nanti,” kata kantor Netanyahu.
Serangan tersebut menambah penderitaan penduduk Gaza yang kini juga dihadapkan pada ancaman virus polio yang ditemukan dalam sampel limbah di wilayah tersebut.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan sejauh ini belum ada kasus polio yang terkonfirmasi di antara penduduk Gaza.
Namun, kondisi ini memperburuk situasi kemanusiaan di wilayah dengan populasi 2,3 juta jiwa, yang sebagian besar adalah pengungsi.
“Militer Israel mengatakan tentaranya akan menerima vaksinasi, dan mereka akan bekerja sama dengan organisasi-organisasi untuk menyediakan vaksin bagi warga Palestina,” tambah WHO dalam laporannya.
Latar Belakang Perang Gaza
Perang di Gaza, bermula dengan serangan militan Hamas di Israel selatan pada 7 Oktober 2023. Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, hingga kini, lebih dari 38.900 orang tewas.
Serangan awal Hamas menewaskan 1.200 orang di Israel, sebagian besar warga sipil, dan menyandera sekitar 250 orang.
Pihak berwenang Israel melaporkan, sekitar 120 sandera masih tersandera, dengan sekitar sepertiga dari mereka kemungkinan telah tewas.
Netanyahu telah berjanji untuk menghancurkan kemampuan militer dan pemerintahan Hamas serta menjamin kembalinya para sandera yang tersisa.
“Keluarga para sandera dan ribuan warga Israel lainnya telah melakukan demonstrasi mingguan, mendesak perdana menteri untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata yang akan memulangkan orang-orang yang mereka cintai,” kata juru bicara kelompok keluarga sandera.
Mediator dari Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat terus berupaya mendorong Israel dan Hamas menuju kesepakatan bertahap yang akan menghentikan pertempuran dan membebaskan para sandera.
Kemungkinan Konflik Regional
Kekhawatiran terhadap konflik regional yang lebih luas juga meningkat.
Pada Sabtu akhir pekan lalu, Israel menyerang pelabuhan Hodeida di Yaman.
Itu sebagai tanggapan terhadap serangan pesawat tak berawak Houthi yang mematikan di Tel Aviv.
Pada hari Minggu, militer Israel melaporkan mereka berhasil mencegat sebuah rudal yang Houthi tembakkan dari Yaman.
Di Lebanon, dua tentara terluka setelah serangan Israel menghantam menara pengawas di pinggiran kota perbatasan Alma al-Shaab.
Sebelumnya pada hari yang sama, militer Israel mengatakan pihaknya menyerang beberapa wilayah di Lebanon selatan setelah sejumlah drone menyeberang ke wilayah Israel.
Serangan ini teridentifikasi di wilayah Hanita dan Ya’ara di Israel utara.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"