KONTEKS.CO.ID – Roket Hizbullah memakan korban warga Israel. Setidaknya 12 orang tewas pada hari Sabtu 27 Juli 2024, sebagian besar anak-anak dan remaja.
Mereka tewas ketika roket Hizbullah dari wilayah Libanon menghantam lapangan sepak bola di Kota Druze utara Majdal Shams, Dataran Tinggi Golan.
Selain belasan korban tewas, puluhan orang lainnya terluka. Itu adalah serangan Hizbullah paling mematikan di Israel utara sejak pertempuran di sana termulai pada bulan Oktober lalu.
Warga dan responden pertama menggambarkan pemandangan berdarah di lapangan. Meskipun sirene peringatan telah berbunyi, peringatan itu terlalu singkat bagi para korban, yang tidak dapat melarikan diri tepat waktu.
IDF mengatakan Sabtu malam bahwa semua 12 korban tewas berusia 10-20 tahun.
Serangan yang mengejutkan itu menyebabkan janji-janji pembalasan yang cepat dan pembicaraan tentang tanggapan yang belum pernah terjadi sebelumnya di antara para pejabat Israel ketika Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bergegas pulang dari AS.
Ini meningkatkan momok eskalasi baru dan potensi perang besar-besaran antara Israel dan kelompok perjuangan Lebanon.
Seorang pejabat Pemerintahan Biden menyatakan kekhawatiran bahwa serangan mematikan Hizbullah dapat memicu perang habis-habisan antara Israel dan kelompok yang Iran dukung.
“Apa yang terjadi hari ini bisa jadi pemicu yang selama ini kami khawatirkan dan coba hindari selama 10 bulan,” kata pejabat itu kepada Axios, mengutip Times of Israel, Minggu 28 Juli 2024.
Politisi Israel Gaungan Serangan Balasan atas Roket Hizbullah
Politisi dari berbagai kalangan menyatakan kemarahan atas serangan itu dan mengkritik kegagalan pemerintah menciptakan keamanan di wilayah utara. Terlebih setelah berbulan-bulan pertempuran.
Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Laksamana Muda Daniel Hagari, mengatakan, dalam konferensi pers pada Sabtu malam bahwa semua korban berusia 10 hingga 20 tahun.
Foto dan video dari lokasi kejadian segera online setelah serangan roket. Semua menunjukkan orang-orang bergegas membantu para korban dan para orang tua mencari anak-anak mereka dengan putus asa.
Pusat Medis Baruch Padeh di dekat Tiberias mengatakan, empat orang dalam kondisi serius petugas bawa ke rumah sakit.
Sedangkan Pusat Medis Ziv di Safed mengatakan, mereka menerima 32 korban luka, termasuk enam orang yang terawat di bangsal trauma. Lalu 13 orang dalam kondisi sedang hingga serius, dan 10 orang lagi mengalami luka ringan. Empat korban lainnya dibawa ke Pusat Medis Rambam di Haifa.
Petugas medis menyatakan, 10 korban meninggal di tempat kejadian. Sementara dua orang dinyatakan meninggal di rumah sakit, kata para pejabat.
“Kami menyaksikan kerusakan besar ketika kami tiba di lapangan sepak bola, serta barang-barang yang terbakar. Ada korban di rumput dan pemandangannya mengerikan,” kata Idan Avshalom, petugas medis di layanan ambulans Magen David Adom.
Hizbullah awalnya mengaku bertanggung jawab atas peluncuran rentetan roket Katyusha dan satu roket berat Falaq di pangkalan militer di dekatnya.
Hizbullah Mengelak Bertanggung Jawab
Ketika berita tentang roket berat yang menghantam kota Druze muncul, dan hasil serangan yang mematikan, mereka mengeluarkan pernyataan bahwa mereka “sama sekali tidak ada hubungannya dengan insiden itu.
Militer menolak pernyataan itu, dengan mengatakan serangan itu terlakukan oleh kelompok Hizbullah.
IDF mengatakan roket itu kelompok perlawanan luncurkan dari daerah di utara Desa Chebaa di Lebanon.
Hagari dalam konferensi pers dari lokasi kejadian mengidentifikasi roket yang menghantam Majdal Shams sebagai Falaq-1 buatan Iran.
“Roket Falaq-1 menghantam lapangan sepak bola ini, itu adalah roket Iran, yang diproduksi di Iran. Roket dengan hulu ledak lebih dari 50 kilogram bahan peledak,” katanya.
“Temuan forensik di lokasi kejadian mengarah ke roket ini. Falaq-1 hanya tergunakan oleh kelompok Hizbullah, yang melakukan serangan ini dari Chebaa,” tambah Hagari.
Kolonel Avichay Adraee, juru bicara IDF berbahasa Arab, mengungkapkan nama komandan Hizbullah yang mengarahkan serangan roket mematikan tersebut.
Ia mengatakan serangan itu hasil arahan Ali Muhammad Yahya, yang merupakan komandan lokasi peluncuran roket di wilayah Chebaa.
Apa yang terjadi di wilayah Israel lebih sering terjadi di wilayah Gaza, Palestina. Bahkan korbannya bukan belasan, tapi puluhan orang. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"