KONTEKS.CO.ID – Muhammad Yunus, yang dikenal sebagai ‘bankir bagi kaum miskin’, adalah pilihan gerakan mahasiswa untuk memimpin pemerintahan sementara yang baru.
Para mahasiswa Bangladesh, pelaku utama demonstrasi, mengatakan, peraih Nobel Perdamaian Muhammad Yunus harus memimpin pemerintahan sementara. Ia harus memimpin setelah Perdana Menteri Sheikh Hasina mengundurkan diri dan meninggalkan negara itu.
Nahid Islam, mahasiswa sosiologi berusia 26 tahun yang mempelopori gerakan protes kuota PNS yang berubah menjadi pemberontakan nasional terhadap pemerintahan, mengatakan, Yunus telah setuju untuk mengambil alih pemerintahan.
“Kami ingin melihat prosesnya berjalan pada pagi hari,” kata Nahid Islam pada dalam sebuah unggahan video di media sosial, Senin malam. “Kami mendesak presiden untuk mengambil langkah-langkah sesegera mungkin untuk membentuk pemerintahan sementara yang dipimpin oleh Dr Yunus.”
Presiden Bangladesh, Mohammed Shahabuddin, pada hari ini mengumumkan parlemen telah terbubarkan setelah sebelumnya memastikan bahwa pemilihan baru akan teradakan sesegera mungkin.
Pengumuman itu muncul setelah pertemuan terjadwal antara demonstran dan panglima militer.
Pemimpin protes mahasiswa telah berulang kali mengatakan mereka tidak akan menerima pemerintahan yang militer pimpin.
“Kami telah memberikan darah kami, menjadi martir. Dan kami harus memenuhi janji kami untuk membangun Bangladesh baru,” kata Islam.
“Tidak ada pemerintahan selain yang terusulkan oleh mahasiswa yang akan diterima. Seperti yang telah kami katakan, tidak ada pemerintahan militer, atau yang militer dukung, atau pemerintahan fasis, yang akan rakyat terima,” paparnya.
Melaporkan dari Dhaka, Tanvir Chowdhury dari Al Jazeera, gerakan Mahasiswa Melawan Diskriminasi telah memberikan ultimatum. Mereka mengatakan bahwa parlemen harus bubar atau mereka akan melanjutkan protes, dan tuntutan mereka dikabulkan.
Chowdhury mengatakan, jalan-jalan di ibu kota sebagian besar sepi pada hari Selasa karena banyak bisnis kembali beroperasi. Tetapi ketegangan itu masih terasa di udara saat gerakan itu menyerukan ketenangan saat mereka mengajukan daftar nama untuk pemerintahan sementara yang baru.
Pemerintahan Sementara Muhammad Yunus
Yunus, 84, telah tertunjuk sebagai calon penasihat utama untuk pemerintahan sementara yang terusulkan.
Terkenal sebagai “bankir bagi kaum miskin”, ia menerima Penghargaan Nobel Perdamaian pada 2006 setelah memelopori pinjaman mikro. Tindakannya membantu mengangkat jutaan orang dari kemiskinan dengan memberikan pinjaman kecil.
Namun ia menghadapi tuduhan korupsi di Bangladesh dan Pemerintahan Hasina telah mengadilinya. Tetapi tetap bersikeras bahwa tuduhan terhadapnya bermotif politik.
Seorang juru bicara Yunus mengatakan ia telah menerima permintaan para mahasiswa untuk menjadi penasihat pemerintahan sementara, kantor berita Reuters melaporkan.
Pemenang Nobel itu akan kembali ke Bangladesh “segera” setelah menjalani prosedur medis kecil di Paris, kata juru bicara itu.
Setelah Hasina mundur pada hari Senin, panglima militer Jenderal Waker-Uz-Zaman mengatakan ia untuk sementara mengambil alih kendali negara itu sementara tentara berusaha membendung kerusuhan yang berkembang. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"