KONTEKS.CO.ID – Sekolah pencuri tengah menjadi perhatian Kepolisian India. Di sekolah ini, berkumpul para penjahat kawakan sebagai tenaga pengajarnya.
Tiga desa terpencil di negara bagian Madhya Pradesh, India, menjadi terkenal. Karena di sana terdapat sekolah pencuri, yakni tempat anak-anak berusia 12 tahun terlatih oleh penjahat “senior” untuk mencopet, mencuri, dan merampok.
Laman Odity Central, Selasa 17 September 2024, melaporkan, tiga desa ini adalah Kadia, Gulkhedi, dan Hulkhedi. Lokasinya terletak sekitar 120 km dari ibu kota negara bagian Bhopal.
Laporan menyebutkan, di sana menjadi tempat penitipan anak bagi para penjahat muda. Bahkan para orang tua dengan sengaja menitipkan anaknya dan rela membayar ‘biaya sekolah’ sebesar Rp37 juta-55,2 juta.
Harapannya, anak-anak mereka mendapatkan “ilmu hitam” seperti mencopet dan merampas tas di tempat ramai. Lalu merampok, mencuri rekening bank, menghindari polisi, dan bahkan menahan pukulan jika tertangkap.
Sekolah-sekolah ini telah menghasilkan beberapa penjahat paling terkenal dalam sejarah India. Sehingga mereka menjadi incaran keluarga-keluarga miskin dan kurang berpendidikan. Umumnya tidak mampu memberikan pendidikan yang layak kepada anak-anak mereka.
Sekolah Pencuri Tawarkan Penghasilan Hampir Rp100 Juta per Tahun
Setelah bertemu dengan pemimpin geng dan membayar biaya sekolah, para orang tua mengirim anak-anaknya ke sekolah kejahatan selama satu tahun.
Selama satu tahun, anak-anak ini akan memperoleh berbagai keterampilan dan mempersiapkan diri menghadapi kehidupan kriminal. Setelah lulus dan bergabung dengan geng, keluarga siswa menerima pembayaran tahunan sebesar Rp55 juta hingga Rp92 juta dari para pemimpin geng atas jasa mereka.
Kejahatan berakar kuat di desa-desa terpencil ini, dan meskipun polisi mengetahui tentang kegiatan yang berlangsung di sini, tidak banyak yang dapat mereka lakukan. Karena masyarakat akan selalu melindungi geng-geng tersebut.
Mereka curiga terhadap orang asing dan akan menghadapi petugas jika mereka mencoba menangkap salah satu dari anggota lingkungannya sendiri.
“Ketika kami harus mendatangi desa-desa ini, kami mengerahkan pasukan dari beberapa kantor polisi untuk menangkap para terdakwa,” kata Ramkumar Bhagat, Inspektur kantor polisi Boda, kepada NDTV.
“Para penjahat ini sangat terlatih dalam pencurian tas, pencurian bank, dan kejahatan lainnya. Sering kali menggunakan anak di bawah umur 17 tahun untuk melakukan aksi mereka. Sebagian besar pencurian terlakukan oleh anak di bawah umur, sehingga semakin sulit memerangi budaya kriminal yang sudah mengakar ini,” tuturnya.
Anak-anak yang menjalani pelatihan di sekolah pencuri pedesaan ini berasal dari keluarga miskin, tetapi mereka diajarkan untuk berbaur dengan keluarga kaya agar dapat melakukan pencurian.
Mereka sering menyusup ke acara-acara khusus seperti pernikahan di mana mereka dapat dengan mudah mencopet tamu, mencuri perhiasan mereka. Atau bahkan melakukan perampokan besar-besaran.
Menurut catatan polisi, lebih dari 2.000 orang dari ketiga desa ini telah menerima 8.000 lebih kasus yang didaftarkan terhadap mereka di kantor polisi di seluruh India. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"