KONTEKS.CO.ID – Kementerian Kesehatan Libanon menyebutkan jumlah korban tewas akibat serangan Israel di negara tersebut menjadi sedikitnya 492.
Di antara jumlah korban tewas akibat serangan Israel adalah 35 anak-anak dan 58 wanita. Israel terketahui memborbardir wilayah Lebanon selatan, Beqaa, dan Baalbek, sejak Senin pagi.
Selain ratusan korban tewas, kementerian tersebut mengatakan, sedikitnya 1.645 orang terluka.
Pada Senin 23 September 2024 pagi, Israel melakukan operasi udara paling intensif di Lebanon sejak konflik di Gaza sejak Oktober lalu.
CNN melaporkan, Hizbullah teryakini sebagai kelompok nonnegara yang paling bersenjata lengkap di dunia.
Mendapat dukungan Iran dan bermarkas di Libanon di Mediterania timur, kelompok Syiah Islam itu telah terlibat dalam konfrontasi dengan pasukan Israel di perbatasan selatan Lebanon sejak 8 Oktober.
Permusuhan lintas batas telah meningkatkan kekhawatiran akan terjadinya konflik regional dan mendorong upaya diplomatik yang intens untuk meredakan ketegangan. Meskipun tidak sebanding dengan kekuatan militer Israel, persenjataan Hizbullah yang semakin canggih berpotensi menimbulkan kerusakan yang signifikan terhadap Israel dan sekutunya di wilayah tersebut.
Pada hari Minggu, kelompok itu mengatakan bahwa mereka menggunakan rudal baru yang disebutnya Fadi-1 dan Fadi-2, yang diyakini sebagai roket jarak menengah. Jika terkonfirmasi, ini akan menandai salah satu kali pertama Hizbullah menembakkan senjata di luar persenjataan jarak pendeknya.
Perdana Menteri sementara Lebanon Najib Mikati telah mendesak PBB untuk menekan Israel agar menghentikan “agresi” terhadap negaranya.
Mikati memberi tahu kabinetnya bahwa Israel berencana untuk “menghancurkan desa-desa dan kota-kota Lebanon”. Karena itu, ia meminta intervensi dari Dewan Keamanan PBB dan “negara-negara berpengaruh” katanya dalam sebuah unggahan di platform X.
Perdana menteri sementara itu juga menuduh Israel memiliki “rencana yang merusak” dan melakukan “perang pemusnahan” terhadap Leianon.
Jumlah Korban Tewas di Libanon Mengkhawatirkan Sekjen PBB
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal PBB António Guterres mengaku khawatir Libanon dapat diubah menjadi “Gaza lain”. Mengingat meningkatnya serangan antara Israel dan Hizbullah.
Dalam sebuah wawancara eksklusif, Kepala PBB itu mengatakan, ledakan perangkat komunikasi baru-baru ini di Libanon menandakan ada “potensi eskalasi yang jauh lebih kuat”.
Presiden AS, Joe Biden juga khawatir tentang ketegangan yang sedang berlangsung di Timur Tengah di tengah kekhawatiran meningkatnya serangan antara Hizbullah dan Israel dapat menyebabkan konflik regional yang lebih luas.
“Kami akan melakukan segala yang kami bisa untuk mencegah perang yang lebih luas pecah. Dan kami masih berusaha keras,” kata Biden. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"