KONTEKS.CO.ID – Rusia tampaknya mengalami “kegagalan dahsyat” dalam uji coba Rudal Sarmat, senjata utama dalam modernisasi persenjataan nuklirnya.
Hal itu merujuk pendapat para ahli senjata yang telah menganalisis gambar satelit dari lokasi peluncuran Rudal Sarmat.
Gambar yang Maxar ambil pada tanggal 21 September menunjukkan kawah selebar sekitar 60 meter (200 kaki) di silo peluncuran Kosmodrom Plesetsk, Rusia utara. Gambar tersebut memperlihatkan kerusakan parah yang tidak terlihat dalam gambar yang diambil awal bulan ini.
Rudal balistik antarbenua RS-28 Sarmat terancang untuk mengirimkan hulu ledak nuklir guna menyerang target yang berjarak ribuan mil di Amerika Serikat atau Eropa. Tetapi pengembangannya terhambat oleh penundaan dan kemunduran pengujian.
“Berdasarkan semua indikasi, itu adalah uji coba yang gagal. Itu adalah lubang besar di tanah,” kata Pavel Podvig, seorang analis yang berbasis di Jenewa, yang menjalankan proyek Pasukan Nuklir Rusia. “Ada insiden serius dengan rudal dan silo.”
Indikasi Kegagalan Uji Coba Rudal Satan II
Mengutip CNN, Rabu 25 September 2024, Timothy Wright, peneliti di Institut Internasional untuk Studi Strategis (IISS) di London, mengatakan, penghancuran area di sekitar silo rudal menunjukkan adanya kegagalan tak lama setelah penyalaan rudal.
“Salah satu kemungkinan penyebabnya adalah tahap pertama (penguat) gagal menyala dengan benar atau mengalami kegagalan mekanis parah. Ini menyebabkan rudal jatuh kembali atau mendarat di dekat silo dan meledak,” katanya kepada Reuters.
James Acton, spesialis nuklir di Carnegie Endowment for International Peace, mengunggah di X bahwa citra satelit sebelum dan sesudah “sangat meyakinkan bahwa ada ledakan besar”. Ia yakin bahwa uji coba Sarmat telah gagal.
Kremlin merujuk pertanyaan tentang Sarmat ke Kementerian Pertahanan. Kementerian tersebut tidak menanggapi permintaan Reuters untuk memberikan komentar dan tidak membuat pengumuman tentang uji coba Sarmat yang terencanakan dalam beberapa hari terakhir.
AS dan sekutunya mengamati dengan saksama pengembangan persenjataan nuklir Rusia pada saat perang di Ukraina telah mendorong ketegangan antara Moskow dan Barat ke titik paling berbahaya selama lebih dari 60 tahun.
Sejak konflik termulai, Presiden Rusia Vladimir Putin telah berulang kali mengatakan, Rusia memiliki persenjataan nuklir terbesar dan tercanggih di dunia. Ia memperingatkan Barat untuk tidak melewati ambang batas yang dapat menyebabkan perang nuklir.
Spesifikasi Rudal Nuklir Sarmat
RS-28 Sarmat sepanjang 35 meter (115 kaki), yang terkenal di Barat sebagai Satan II, memiliki jangkauan 18.000 kilometer (11.000 mil) dan bobot peluncuran lebih dari 208 ton.
Media Rusia mengatakan, rudal itu dapat membawa hingga 16 hulu ledak nuklir yang dapat menargetkan secara independen. Serta kendaraan luncur hipersonik Avangard. Ini adalah sistem baru yang menurut Putin tak tertandingi oleh musuh-musuh Rusia.
Rusia pernah mengatakan Sarmat akan siap pada tahun 2018, menggantikan SS-18 era Soviet. Namun tanggal pengerahannya telah berulang kali mundur.
Putin mengatakan pada bulan Oktober 2023 bahwa Rusia hampir menyelesaikan pengerjaan rudal tersebut. Menteri pertahanannya saat itu, Sergei Shoigu, mengklaim rudal itu akan menjadi “basis kekuatan nuklir strategis berbasis darat Rusia”.
Analis IISS Wright mengatakan kegagalan uji coba tidak serta merta berarti bahwa program Sarmat dalam bahaya.
“Namun, ini adalah kegagalan uji coba Sarmat keempat berturut-turut. Ya paling tidak menunda peluncurannya yang sudah tertunda ke layanan lebih jauh lagi. Dan paling parah mungkin akan menimbulkan pertanyaan tentang kelayakan program tersebut,” katanya.
Wright mengatakan kerusakan di Plesetsk – lokasi uji coba yang di kelilingi hutan di wilayah Arkhangelsk, sekitar 800 km (500 mil) di utara Moskow – juga akan memengaruhi program Sarmat.
“Penundaan akan memberi tekanan pada kemampuan servis dan kesiapan SS-18 tua yang seharusnya Sarmat gantikan. Karena mereka harus tetap beroperasi lebih lama dari yang diharapkan,” kata Wright.
Nikolai Sokov, mantan pejabat pengawas senjata Rusia dan Soviet, mengatakan ia berharap Moskow akan tetap menggunakan Sarmat, produk dari Biro Desain Roket Makeyev.
Ia mengatakan militer Rusia telah menunjukkan keinginannya untuk mempertahankan persaingan antara perancang saingan. Karena itu enggan bergantung pada saingan Makeyev, Institut Teknologi Termal Moskow, sebagai satu-satunya sumber semua rudal. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"