KONTEKS.CO.ID – Serangan Israel yang menghantam pangkalan pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) UNIFIL di Libanon selatan pada Kamis dan Jumat telah memicu kecaman dan kemarahan dunia.
Serangan Israel melukai sedikitnya empat pasukan penjaga perdamaian UNIFIL.
Militer Israel hari Jumat menyerang Markas UNIFIL di Naqoura. Serangan itu melukai dua anggota TNI yang merupakan pasukan penjaga perdamaian Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL). “Setelah dua ledakan terjadi di dekat menara observasi,” tulis UNIFIL dalam sebuah pernyataan yang diunggah di Telegram pada Jumat pagi.
Dua pasukan TNI yang terluka akibar serangan Israel harus mendapat perawatan. Salah satunya di rumah sakit.
Berita itu muncul sehari setelah UNIFIL melaporkan bahwa dua pasukan penjaga perdamaian terluka setelah sebuah tank Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menembaki menara observasi. Tembakan tank langsung mengenai menara dan menyebabkan mereka terjatuh.
Bahkan pasukan IDF juga menyerang pintu masuk bunker tempat pasukan penjaga perdamaian berlindung. “Mereka merusak kendaraan serta sistem komunikasi,” kata UNIFIL dalam sebuah pernyataan pada Kamis.
Serangan Rudal Israel Hantam Markas UNIFIL di Libanon Selatan
Kelompok PBB itu juga melaporkan bahwa pada hari Jumat sebuah rudal IDF menghantam perimeter. Kemudian tank-tank IDF bergerak mendekati posisi PBB.
IDF mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat bahwa para prajuritnya mengidentifikasi adanya ancaman langsung terhadap mereka.
“Para prajurit tersebut menanggapi dengan tembakan ke arah ancaman tersebut. Pemeriksaan awal menunjukkan bahwa selama insiden tersebut, sebuah serangan teridentifikasi pada sebuah @UNIFIL_post, yang terletak sekitar 50 meter dari sumber ancaman, yang mengakibatkan cederanya dua personel UNIFIL,” klaim IDF.
“Pasukan penjaga perdamaian secara tidak sengaja terluka selama pertempuran IDF melawan Hizbullah di Lebanon selatan,” tulis juru bicara IDF Nadav Shoshani di X. “IDF menyatakan keprihatinan yang mendalam atas insiden semacam ini dan saat ini sedang melakukan peninjauan menyeluruh di tingkat komando tertinggi untuk menentukan rinciannya.”
Ada sekitar 10.000 pasukan penjaga perdamaian di Lebanon selatan, dengan anggota dari sekitar 50 negara. Mereka berpatroli, memantau, dan melaporkan pelanggaran protokol PBB, serta mendukung masyarakat setempat.
Pada hari Jumat, Sekretaris Jenderal PBB António Guterres menyebut serangan dan penusukan terhadap pasukan penjaga perdamaian “jelas terkutuk”.
Dalam sebuah posting Telegram pada hari Jumat, UNIFIL menulis bahwa “setiap serangan yang disengaja terhadap pasukan penjaga perdamaian merupakan pelanggaran berat terhadap hukum humaniter internasional dan Resolusi Dewan Keamanan 1701 (2006).” ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"