KONTEKS.CO.ID – Pasukan UNIFIL (Pasukan Sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa di Libanon) kembali mendapat provokasi dari tentara Israel.
Misi penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa di Lebanon selatan mengungkapkan, tank-tank Israel telah memaksa masuk ke salah satu posisinya. Itu mereka lakukan saat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memerintahkan PBB untuk mengevakuasi pasukannya dari daerah tersebut.
Insiden tersebut merupakan yang terbaru dalam serangkaian pelanggaran dan serangan oleh pasukan Israel terhadap Pasukan UNIFIL dalam beberapa hari terakhir. Dan terjadi saat Israel memperluas pemboman dan serangan daratnya terhadap Libanon.
UNIFIL mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Minggu bahwa dua tank Israel “menghancurkan gerbang utama posisi tersebut dan memasuki posisi tersebut secara paksa”.
Segera setelah tank-tank tersebut pergi, granat meledak 100 meter jauhnya, mengeluarkan asap yang berhembus ke seluruh pangkalan dan membuat personel PBB sakit. Asap menyebabkan 15 orang memerlukan perawatan meskipun mengenakan masker gas, kata UNIFIL.
Tidak tersebutkan siapa yang menembakkan granat tersebut atau jenis zat beracun apa yang diduga.
Dalam laporannya tentang kejadian tersebut, militer Israel mengatakan bahwa pejuang dari kelompok bersenjata Libanon, Hizbullah, telah menembakkan rudal anti-tank ke pasukan Israel, melukai 25 orang di antaranya.
Serangan itu sangat dekat dengan pos UNIFIL dan sebuah tank yang membantu mengevakuasi korban yang ditembaki kemudian mundur ke pos UNIFIL.
“Mereka tidak menyerbu pangkalan. itidak mencoba memasuki pangkalan. IDF adalah tank yang tertembaki dengan hebat, menimbulkan banyak korban, mundur untuk menghindar dari bahaya,” kata Juru Bicara Militer Internasional Isarel, Nadav Shoshani, kepada wartawan, mengutip Al Jazeera, Senin 14 Oktober 2024.
Penjelasan Israel Masuki Pangkalan Pasukan UNIFIL PBB
Dalam sebuah pernyataan, militer mengatakan, mereka menggunakan tabir asap untuk menutupi evakuasi tentara yang terluka. Tetapi tindakan mereka tidak membahayakan pasukan penjaga perdamaian PBB.
Insiden itu terjadi beberapa jam sebelum Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu meminta PBB. Ia meminta PBB untuk mengevakuasi pasukan penjaga perdamaian dari daerah pertempuran di Libanon.
“Sudah tiba saatnya bagi Anda untuk menarik UNIFIL dari benteng pertahanan Hizbullah. Dan dari zona pertempuran,” kata Netanyahu dalam sebuah pernyataan yang tertujukan kepada Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.
“Tentara Israel telah meminta ini berulang kali dan telah menemui penolakan berulang kali. Ini berdampak pada penyediaan perisai manusia bagi teroris Hizbullah,” Netanyahu menambahkan.
Perdana Menteri Libanon Najib Mikati mengecam permintaan Netanyahu. “Peringatan yang tersampaikan Netanyahu kepada … Guterres yang menuntut penarikan UNIFIL merupakan babak baru dalam pendekatan musuh yang tidak mematuhi (norma) internasional,” katanya.
Hizbullah membantah tuduhan Israel bahwa mereka menggunakan kedekatan pasukan penjaga perdamaian untuk melindungi para pejuangnya.
Ray Murphy, mantan pasukan penjaga perdamaian UNIFIL, mengatakan kepada Al Jazeera, “Penggunaan tank, penembakan di sekitar pos PBB, dan secara sembrono membahayakan personel PBB adalah tindakan kekerasan yang sengaja pasukan Israel lakukan.”
“Ini sama sekali tidak dapat terkaitkan dengan Hizbullah. Ini adalah keputusan pasukan Israel untuk menargetkan pasukan PBB, pos-pos PBB,” katanya.
Murphy mencatat bahwa pasukan penjaga perdamaian PBB terlindungi berdasarkan hukum humaniter internasional.
“Mereka tidak memainkan peran militer. UNIFIL memainkan peran perdamaian. Mereka mengamati, mereka melaporkan, mereka mencoba memberikan bantuan kemanusiaan. Tidak ada pembenaran atas serangan terhadap pasukan PBB ini,” kata Murphy.
Sementara Utusan Israel untuk PBB, Danny Danon, mengatakan, desakan PBB untuk menempatkan tentara UNIFIL di garis tembak tidak dapat mereka pahami. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"