KONTEKS.CO.ID – Eropa membutuhkan otonomi yang lebih besar dari AS untuk berhenti terlalu mengkhawatirkan hasil pemilu. Demikian dikatakan menteri luar negeri Perancis Catherine Colonna.
Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Le Parisie dan dilaporkan RT, Colonna ditanya tentang pandangannya tentang pemilihan paruh waktu AS dan ia menggambarkan sebagai perlombaan yang menarik. Ia memberi catatan bahwa Partai Republik tidak tampil sebaik yang diperkirakan.
Diplomat ini menyoroti reaksi Eropa terhadap hasil tersebut, dengan mengatakan, “jika [mereka] tidak ingin berada dalam ketegangan di setiap pemilu Amerika, mereka harus menemukan jalan menuju otonomi yang lebih besar, ” meskipun ini “ tidak berarti jarak yang lebih jauh dari Amerika Serikat”.
Dalam wawancara tersebut, Colonna mencatat bahwa Perancis dan Jerman berusaha untuk lebih memperkuat kemitraan mereka, dan bahwa Presiden Emmanuel Macron dan Kanselir Olaf Scholz melihat aliansi Perancis-Jerman sebagai “kekuatan pendorong bagi Eropa.”
Diplomat itu menyambut baik keputusan Berlin untuk meningkatkan pengeluaran militernya, menambahkan bahwa upaya masing-masing negara harus memiliki tujuan bersama untuk memperkuat “kedaulatan Eropa.”
Pernyataan menteri luar negeri datang pada saat ketegangan perdagangan trans-Atlantik. Bulan lalu, situs web berita Politico mengklaim bahwa Paris dan Berlin telah mencapai kesepakatan tentang tindakan pembalasan UE, yang akan diberlakukan jika AS melanjutkan pemotongan pajak yang direncanakan dan memberikan benefit energi, yang bertujuan mendorong perusahaan untuk mengalihkan produksi di Amerika Serikat.
Macron dan Scholz dilaporkan sepakat bahwa rencana subsidi negara bagian Amerika akan merupakan persaingan tidak sehat, dan tidak boleh dibiarkan begitu saja. Tampil di saluran TV France 2, Presiden Macron mengatakan pada saat itu bahwa dia dan kanselir Jerman memiliki “konvergensi nyata untuk memajukan topik tersebut.”
Kembali pada bulan September, Wall Street Journal melaporkan bahwa sejumlah perusahaan Eropa “yang membuat baja, pupuk, dan bahan baku lainnya untuk kegiatan ekonomi mengalihkan operasinya ke AS. Menurut artikel itu, melonjaknya harga gas di Eropa menjadi salah satu faktor utama di balik keputusan bisnis. Selain itu, “dukungan pemerintah yang kuat” di Amerika Serikat juga dilaporkan berperan.
Diantara perusahaan raksasa Eropa yang mengalihkan pabriknya adalah perusahaan perhiasan Denmark Pandora A/S dan pembuat mobil Jerman Volkswagen AG sebagai beberapa bisnis Eropa yang memperluas produksi di AS. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"