KONTEKS.CO.ID – Raja Malaysia Al-Sultan Abdullah akan memilih perdana menteri berikutnya segera setelah dua pesaing utama gagal memenangkan mayoritas, tetapi tidak menentukan waktu untuk keputusannya, karena krisis politik dari pemilihan dimana tidak ada satu pun partai politik mencapai kemenangan mayoritas untuk membentuk pemerintahan.
Pemilihan hari Sabtu menghasilkan parlemen gantung yang belum pernah terjadi sebelumnya, baik pemimpin oposisi Anwar Ibrahim maupun mantan perdana menteri Muhyiddin Yassin memenangkan mayoritas sederhana yang diperlukan untuk membentuk pemerintahan.
Pemilihan tersebut memperpanjang ketidakstabilan politik di negara Asia Tenggara, yang telah memiliki tiga perdana menteri selama bertahun-tahun, dan berisiko menunda keputusan kebijakan yang diperlukan untuk mendorong pemulihan ekonomi.
Raja telah memberi waktu kepada partai-partai politik hingga pukul 14:00 WIB hari ini untuk mengumpulkan aliansi yang diperlukan untuk mayoritas.
Tetapi koalisi Barisan Nasional petahana mengatakan tidak akan mendukung salah satu kandidat, sebuah langkah yang mencegah Anwar dan Muhyiddin mencapai mayoritas.
Sekarang tergantung pada raja konstitusional, yang memainkan peran seremonial tetapi dapat menunjuk siapa pun yang dia yakini akan memimpin mayoritas.
“Biarkan saya membuat keputusan segera,” kata raja kepada wartawan di luar istana nasional, Selasa 22 November 2022, seperti dilaporkan Reuters.
Raja meminta warga Malaysia untuk menerima setiap keputusan tentang pembentukan pemerintahan.
Dalam sebuah pernyataan kemudian, istana mengatakan tidak ada anggota parlemen yang berhasil mendapatkan mayoritas sederhana untuk diangkat sebagai perdana menteri. Itu mengundang Anwar dan Muhyiddin untuk bertemu dengan raja pada pukul 16.30 waktu setempat (08.30 GMT).
Ketidakpastian melanda pasar saham Kuala Lumpur (.KLSE) yang jatuh untuk hari kedua pada Selasa. Kemenangan pemilu yang signifikan oleh partai Islam menambah ketakutan investor, terutama atas kebijakan perjudian dan konsumsi alkohol.
Perolehan elektoralnya juga menimbulkan kekhawatiran di Malaysia yang multikultural, yang memiliki minoritas etnis China dan India yang signifikan mengikuti agama lain. Partai Islam PAS telah mengadvokasi hukum syariah.
Polisi Malaysia memperingatkan pengguna media sosial negara itu untuk tidak memposting konten “provokatif” tentang ras dan agama setelah pemilu yang memecah belah.
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"