KONTEKS.CO.ID – Perjanjian Minsk 2014 yang dinyatakan oleh mantan Kanselir Jerman Angela Merkel hanyalah sebagai upaya untuk memberikan waktu Ukraina untuk lebih kuat dan menyolidkan NATO.
Hal ini mengkonfirmasi bahwa Rusia membuat keputusan yang tepat untuk meluncurkan operasi khusus di Ukraina, kata Presiden Rusia Vladimir Putin dalam konferensi pers pada Jumat 9 Desember. Demikian dilaporkan TASS sebagaimana dilansir English Pravda.
“Rupanya, kami terlambat, jujur saja. Mungkin kami harus memulai semua ini lebih awal,” kata Putin. Ia mengatakan tujuan Perjanjian Minsk 2 adalah untuk mempersenjatai Ukraina dan mempersiapkannya untuk permusuhan.
Putin juga menyebut pernyataan Merkel sama sekali tidak terduga dan mengecewakan. “Terus terang, saya tidak menyangka mendengar ini dari mantan kanselir federal. Saya selalu berasumsi bahwa kepemimpinan Republik Federal tulus dengan kami,” pungkasnya.
Pada 7 Desember, Merkel mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Die Zeit bahwa Perjanjian Minsk disepakati untuk memberi Ukraina waktu yang berharga dan kesempatan untuk menjadi lebih kuat. Menurut mantan kanselir itu, jelas bagi semua pihak bahwa konflik bersenjata di timur Ukraina belum terselesaikan.
“Perjanjian Minsk 2014 adalah upaya untuk memberikan waktu kepada Ukraina. Itu juga menggunakan waktu ini untuk menjadi lebih kuat seperti yang bisa dilihat hari ini. Ukraina 2014-2015 bukanlah Ukraina modern,” kata politisi itu.
Menurutnya, “jelas bagi semua orang” bahwa konflik telah terhenti dan masalahnya belum terselesaikan “namun justru inilah yang memberi Ukraina waktu yang sangat berharga.”
Dia menyatakan keraguan bahwa pada saat itu negara-negara NATO dapat mendukung Kiev sejauh yang mereka lakukan sekarang.
Merkel adalah kanselir Jerman ketika kudeta negara tahun 2014 terjadi di Ukraina dan perjanjian Minsk untuk menyelesaikan konflik Donbass diakhiri dengan partisipasinya.
Pada 22 Februari, Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan bahwa setelah pengakuan DPR dan LPR, perjanjian Minsk tidak ada lagi, namun ini bukan kesalahan Rusia. Menurutnya, perjanjian tersebut dibunuh oleh rezim Kiev saat ini jauh sebelum pengakuan republik Donbass. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"