KONTEKS.CO.ID – Sherpa G20 dalam pertemuan pertamanya di India telah dihadiri oleh anggota-anggota. Disela sela kegiatan, perwakilan Sherpa G20 Rusia Svetlana Lukash saat diwawancara TASS mengatakan anggota G7 mempromosikan dan membujuk negara anggota G20 lainnya untuk menyetujui pembatasan harga minyak Rusia.
“Ini benar-benar pertunjukan murahan di platform G20. Mereka secara aktif meminta peserta dari negara berkembang, yang duduk mengelilingi meja, untuk bergabung [membatasi harga minyak Rusia], menyajikan langkah ini sebagai satu-satunya cara untuk menurunkan harga dan membantu mereka,” tutur Lukash.
Namun, tidak ada reaksi dari anggota G20 lainnya terhadap pernyataan negara-negara G7 terkait pemberlakuan pembatasan harga minyak Rusia.
“Tidak ada yang bereaksi sama sekali. Anggota G7 membacakan argumen klise mereka, sementara negara lain hanya mendengarkannya,” kata Lukash.
Ia tidak mengesampingkan bahwa pembahasan batas atas harga bahan bakar Rusia akan berlanjut di antara kementerian energi G20. Inisiatif yang disetujui oleh negara-negara G7, Uni Eropa dan Australia untuk membatasi harga minyak Rusia yang dipasok melalui laut mulai berlaku pada 5 Desember.
Anggota G20 tolak bujukan G7 isolasi Rusia
“Setengah dari anggota G20 mendukung Rusia dan percaya bahwa mengisolasi negara itu tidak dapat diterima,” ujar perwakilan sherpa G20 Rusia ini.
Menurutnya, negara-negara Barat terus mempromosikan retorika anti-Rusia di G20.
“Mereka terus menyalahkan kami atas krisis ekonomi global, baik di sektor pangan atau energi. Kami terbiasa mendengar mereka mengatakan hal yang sama berulang kali karena sayangnya, retorika ini tidak berubah. Namun upaya tersebut dan langkah mengisolasi Rusia diforum ini selalu gagal.”
Lukash menambahkan, “separuh dari kelompok G20 – dan kami dapat menghitung semua negara yang diundang – memperlakukan kami secara berbeda. Mitra yang ramah mendukung kami. Mereka percaya bahwa pengucilan Rusia tidak dapat diterima karena merupakan peserta kunci dalam proses global dan pemain ekonomi global yang penting,” sherpa G20 Rusia ini menekankan.
Dia mencatat bahwa titik balik telah terjadi pada KTT G20 di Bali November lalu. “Seandainya kita gagal membangun dialog, deklarasi akhir tidak akan diadopsi,” tegasnya.
Para peserta KTT G20 di Pulau Bali, Indonesia, menyetujui deklarasi yang terdiri dari lebih dari 50 paragraf, yang secara khusus menunjukkan posisi yang berbeda dalam masalah Ukraina. Moskow menyambut dokumen itu sebagai kemenangan akal sehat.
Selain Rusia, kelompok informal G20 dari ekonomi terbesar dunia termasuk Australia, Argentina, Brasil, Kanada, Cina, Prancis, Jerman, India, india, Italia, Jepang, Meksiko, Arab Saudi, Afrika Selatan, Korea Selatan, Turki, Inggris, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"