KONTEKS.CO.ID – Suriah menghadapi krisis ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kekurangan bahan bakar yang akut di negara ini menyebabkan masalah di hampir semua sektor.
Dalam sepekan terakhir saja, harga bensin hampir dua kali lipat, dan pound Suriah terhadap dolar telah mencapai titik tertinggi lainnya.
PBB menyatakan bahwa 90% penduduk negara itu membutuhkan bantuan kemanusiaan. Otoritas resmi menjelaskan apa yang terjadi dengan sanksi Barat.
Pada hari Minggu, hari kerja resmi di Suriah, kantor-kantor pemerintah tetap tutup. Situasi serupa akan terulang kembali dalam seminggu. Keputusan liburan tak terjadwal diambil oleh otoritas Suriah untuk menghemat listrik dan bahan bakar.
Selama hampir dua bulan negara tidak bisa mengatasi krisis bahan bakar. Di beberapa daerah listrik hanya tersedia selama satu jam sehari, orang tidak bisa bekerja. Sebagaimana dilansir Kommersant.
Bensin dan solar praktis tidak ada yang dijual, dan untuk yang harganya hampir dua kali lipat selama seminggu terakhir, harga barang-barang kebutuhan pokok juga naik.
Pada awal Desember, Menteri Perminyakan dan Sumber Daya Mineral Suriah Bassam Tuome mengatakan dalam sebuah wawancara dengan TV pemerintah bahwa penyebab krisis adalah keterlambatan pasokan bahan bakar.
“Pengiriman minyak belum dilakukan selama lebih dari 50 hari. Sementara kami telah lama tidak dapat membuat cadangan strategis sendiri yang memungkinkan untuk tetap bertahan dalam jangka waktu yang lama.”
Tuome menyebut krisis global yang muncul akibat konflik Rusia-Ukraina dan sanksi Barat yang mempengaruhi ekspor minyak Rusia ke Suriah.
“Karena kami mengimpor sebagian besar minyak yang kami butuhkan, kami menjadi rentan terhadap perubahan selain kerusakan yang disebabkan oleh ladang minyak oleh serangan Turki di wilayah Suriah yang telah memengaruhi produksi lokal kami,” tutup Tuome. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"