KONTEKS.CO.ID – Norwegia mengatakan bahwa harga gas yang terlalu tinggi tidak sesuai dengan kepentingannya dan akan bekerja sama dengan UE untuk menstabilkan pasar, demikian dilaporkan Reuters.
Uni Eropa bergulat dengan dampak dari melonjaknya harga gas yang telah mendorong inflasi, mendorong beberapa utilitas ke tepi jurang dan mengancam resesi.
“Kenaikan harga gas yang luar biasa ini bukan untuk kepentingan Norwegia. Kami tengah membahas cara menurunkan harga di mana Norwegia menjual gas ke Eropa,” ujar Perdana Menteri Jonas Gahr Støre kepada media.
Naiknya harga gas di Eropa, yang telah meningkat 250 persen pada tahun lalu dan telah meningkatkan pendapatan ekspor Norwegia secara tajam, telah menciptakan malapetaka bagi perusahaan-perusahaan energi.
Sejak Rusia memotong aliran ke Eropa, Norwegia telah menjadi pemasok gas pipa terbesar ke wilayah tersebut.
Norwegia diperkirakan akan memproduksi sekitar 122 miliar meter kubik gas tahun ini, menurut perkiraan resmi pada bulan Mei, meningkat 8 persen dari tahun 2021, karena produsen memaksimalkan produksi.
Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan ekspor gas Rusia ke Uni Eropa akan turun 50 miliar meter kubik tahun ini, seperti dilaporkan Interfax. Sekitar 150 miliar meter kubik gas dikirim ke UE pada tahun 2021.
Para menteri energi UE akan mencoba menyetujui langkah-langkah baru untuk mengurangi harga gas dan listrik pada pertemuan puncak darurat pada 30 September dan telah meminta bantuan dari Norwegia, yang bukan anggota UE.
Pembicaraan perdana menteri Norwegia berfokus pada kontrak pasokan jangka panjang. Perusahaan energi mengatakan mereka bersedia menandatangani kesepakatan semacam itu, tetapi mereka perlu mengetahui rekanan mereka setelah sejumlah pemasok energi Eropa runtuh karena peraturan sering mencegah mereka membebankan semua biaya tambahan kepada konsumen ***.
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"