KONTEKS.CO.ID – Alat sadap Pegasus dan NSO sering mendapatkan sorotan. Bahkan Komite Urusan Luar Negeri dan Pertahanan Knesset (majelis legislatif Israel) tidak memiliki informasi terperinci tentang ekspor oleh sektor pertahanan, demikian menurut penyelidikan yang diterbitkan pada tahun 2018 oleh harian Haaretz.
Kementerian Pertahanan, yang mengawasi ekspor alat sadap Pegasus, menolak mengirimkan daftar negara yang dilarang ekspor militer kepada anggota parlemen. “Industri Israel tidak ragu untuk menjual kemampuan ofensif ke banyak negara yang tidak memiliki tradisi demokrasi yang kuat, bahkan ketika mereka tidak memiliki cara untuk memastikan apakah barang yang dijual digunakan untuk melanggar hak warga sipil,” kata surat kabar tersebut, seperti dilansir El Pais.
Negara-negara tersebut antara lain Bahrain, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Nikaragua, Honduras, dan Kazakhstan.
NSO berbasis di Herzliya Pituah, pinggiran utara Tel Aviv yang merupakan Silicon Valleynya Israel. Perusahaan sering menanggapi pertanyaan media dengan jawaban bahwa mereka hanya menyediakan teknologi untuk badan keamanan dan layanan negara lain untuk menyelamatkan nyawa dalam perang melawan terorisme atau kejahatan terorganisir.
NSO menyatakan bahwa karyawannya tidak mengoperasikan program dan selalu mendapat izin dari pemerintah Israel. Bagan organisasinya mencakup komite etika yang dapat memveto kontrak, dan sejak 2019 telah mematuhi pedoman PBB tentang perdagangan dan bisnis yang bertanggung jawab. Dalam praktiknya, Kementerian Pertahanan Israel memiliki keputusan akhir tentang penjualan Pegasus.
Baca juga:
NSO dan Pegasus, Penyadap dari Israel yang Membahayakan Kehidupan Sipil (1)
Pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi , seorang kolumnis Washington Post yang dilaporkan hilang pada 2018 setelah pergi ke Konsulat Arab Saudi di Istanbul dan dimutilasi oleh para pengawal putera mahkota Arab Saudi, tampaknya berada di balik sanksi tersebut.
Dalam konferensi video dari Moskow, Edward Snowden, mantan pekerja kontrak intelijen AS yang sempat buron setelah membocorkan file intelijen Amerika pada 2013 ke media. mengatakan kepada wartawan di Tel Aviv bahwa Pegasus telah digunakan untuk melacak Khashoggi.
Ekspor program seperti Pegasus juga merupakan bagian dari strategi pemerintahan mantan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu antara tahun 1999 dan 2021 untuk meningkatkan citra internasional Israel, yang rusak parah akibat konflik Palestina.
Dengan transfer program spionase dunia maya, ia berusaha mendapatkan sekutu di Perserikatan Bangsa-Bangsa, di mana pendudukan Tepi Barat dan Yerusalem Timur serta blokade Jalur Gaza oleh Israel dipertanyakan secara berkala.
Pejabat Mossad biasa mengunjungi markas NSO di Herzliya bersama dengan delegasi dari negara-negara Arab dan Afrika yang tertarik untuk memperoleh program Pegasus, ungkap mantan karyawan perusahaan kepada Haaretz. (bersambung)***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"