KONTEKS.CO.ID – Diplomasi internasional adalah proses komunikasi, negosiasi, dan pembuatan keputusan antara negara-negara di dunia yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi bersama.Â
Namun, terkadang diplomasi tersebut dapat gagal mencapai tujuannya, baik karena faktor internal maupun eksternal.
Apabila diplomasi gagal, maka negara-negara tersebut dapat memutuskan untuk melakukan tindakan militer untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Hal ini dapat menyebabkan perang.Â
Ini dapat merugikan baik negara-negara yang terlibat maupun negara-negara lain yang terdampak. Dalam diplomasi internasional, ada banyak pihak yang dapat menjadi penengah dalam perselisihan.
Pertama, adalah negara lain yang tidak terlibat dalam perselisihan tersebut. Misalnya, Jepang dapat menjadi penengah dalam perselisihan antara China dan Korea Selatan. Negara-negara ini biasanya memiliki kepentingan yang sama dengan salah satu pihak dalam perselisihan, sehingga akan berusaha menyelesaikan masalah dengan cara yang damai.
Kedua, adalah lembaga-lembaga internasional seperti PBB, ASEAN dan lainnya. Lembaga-lembaga ini memiliki kewenangan untuk menjadi mediator dalam perselisihan internasional dan berusaha menyelesaikan masalah dengan cara damai.
Contoh kesuksesan diplomasi internasional abad 17 adalah Perjanjian Westphalia (1648), yang menyelesaikan perang saudara di Jerman. Treaty of Westphalia dipandu oleh Swiss dan dipimpin oleh kardinal Francesco Barberini sebagai mediator. Perjanjian ini menyelesaikan perang saudara di Jerman dan membawa kembali stabilitas ke wilayah tersebut.Â
Sementara itu, contoh kegagalan diplomasi internasional adalah Perjanjian Tordesillas (1494), yang mencoba untuk menyelesaikan masalah pembagian wilayah di Amerika Selatan antara Spanyol dan Portugal. Namun, perjanjian ini tidak berhasil karena kedua negara tersebut tetap saja saling bersaing untuk mendapatkan wilayah di Amerika Selatan.
Kegagalan diplomasi juga dapat menyebabkan terjadinya kerusuhan dan konflik sosial di dalam negeri, seperti terjadi di Suriah pada tahun 2011.Â
Menurut sebuah laporan dari Human Rights Watch, kegagalan diplomasi internasional dalam menyelesaikan konflik di Suriah telah menyebabkan kematian lebih dari 380.000 orang, pengungsi yang terpaksa meninggalkan negaranya, dan kerusakan infrastruktur yang luas.
Kegagalan diplomasi juga terjadi di Asia Tenggara, misalnya dalam masalah perebutan wilayah di Laut China Selatan. Beberapa negara di kawasan tersebut, termasuk Cina, Filipina, dan Vietnam, telah bersengketa atas wilayah-wilayah tersebut selama bertahun-tahun.Â
Walaupun telah terdapat upaya diplomasi untuk menyelesaikan masalah ini, namun sampai saat ini belum tercapai kesepakatan yang memuaskan bagi semua pihak.
Di Eropa, kegagalan diplomasi juga pernah terjadi dalam konflik Kosovo pada tahun 1998-1999. Saat itu, Serbia menolak untuk mengakui kemerdekaan Kosovo, yang diakui oleh beberapa negara Eropa.Â
Hal ini menyebabkan terjadinya perang sipil di Kosovo dan intervensi militer NATO. Setelah intervensi tersebut, Kosovo diakui sebagai negara merdeka oleh sebagian negara Eropa. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"