KONTEKS.CO.ID – Eropa mungkin tidak dapat mengatasi gelombang migrasi ilegal lainnya yang dipicu oleh krisis pangan di negara-negara termiskin di Asia dan Afrika. Hal tersebut diungkapkan Menteri Luar Negeri Hongaria Peter Szijjarto di Beirut, Kamis, 12 Januari.
“Hongaria dan Lebanon adalah dua negara yang secara geografis jauh satu sama lain, namun kami sama-sama tertarik untuk berdamai di Ukraina.”
Tentu saja, jika tidak ada perdamaian, krisis pangan akan meningkat. Yang akan membuat puluhan juta orang tinggalkan negara mereka,” katanya dalam konferensi pers bersama dengan Menteri Luar Negeri Lebanon Abdallah Bou Habib, terkait gelombang migran ilegal.
“Kami tahu bahwa kesulitan ini dapat menyebabkan gelombang migrasi baru dari daerah yang sudah tidak stabil, dalam skala yang lebih besar dan lebih serius dari sebelumnya. Kami juga tahu bahwa arus migrasi ini membuat situasi tidak stabil dan umumnya diarahkan ke Eropa. Jika tekanan ini terjadi semakin intensif, Eropa tidak akan mampu mengatasinya,” tegas Szijjarto.
Dengan mengingat hal ini, dia meminta bantuan ke Afrika Utara dan Timur Tengah dalam menciptakan kondisi yang memungkinkan orang-orang di sana untuk hidup normal dan membantu memulangkan ribuan pengungsi pulang dari wilayah ini.
Szijjarto mengungkapkan harapan bahwa bantuan Hongaria dalam pembangunan kembali gereja-gereja Kristen di Lebanon akan berkontribusi pada upaya ini.
Sebelumnya, pemerintah Hongaria mengalokasikan $2 juta untuk program ini, dan sekarang telah memutuskan untuk menambahkan lagi $1,8 juta, menteri luar negeri mengumumkan.
Berbicara kemudian pada konferensi internasional tentang membantu pengungsi Suriah, yang telah mencapai hampir seperlima dari penduduk Lebanon, Szijjarto mengatakan bahwa dalam beberapa tahun terakhir pemerintah Hungaria telah melaksanakan sejumlah proyek di Suriah senilai sekitar $27 juta di bidang-bidang seperti konstruksi. pendidikan, kesehatan dan pertanian.
Jika komunitas internasional tidak mengubah sikapnya, semakin banyak warga Suriah yang meninggalkan rumah mereka dan semakin sedikit yang pulang, katanya seperti dikutip kantor berita MTI dan dilansir TASS. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"