KONTEKS.CO.ID – Nama permainan lato-lato konon bersumber dari mitologi Yunani. Dalam legenda tersebut, nama permainan ini awalnya adalah Lato, sang penjaga keseimbangan antara cahaya dan kegelapan.
Dalam permainan lato-lato keseimbangan dan menjaga konsistensi ritme merupakan faktor penting. Jika dua hal tersebut tidak terpenuhi, maka permainan akan terhenti. Jadi begini awal mula lato-lato dalam mitologi Yunani.
Leto atau Lato adalah salah satu dewi dalam mitologi Yunani. Ia adalah putri dari Titan Coeus dan Phoebe. Ia saudara kandung dari Asteria, Hyperion, dan Polus. Leto dikenal sebagai ibu dari Apollo dan Artemis, yang merupakan dewa dan dewi cahaya yang sangat penting dalam mitologi Yunani.
Menurut mitos, Leto dipersunting oleh Zeus, tetapi ditolak oleh Hera, istri Zeus yang tidak sudi dipoligami alias dimadu. Karena sudah terlanjur hamil, Leto mengalami kesulitan menemukan tempat melahirkan. Akhirnya, setelah bersusah payah tanya sana sini, ia menemukan tempat di pulau Delos yang dianggap sebagai tanah suci. Di sana, ia melahirkan Apollo dan Artemis.
Apollo adalah dewa yang dianggap sebagai dewa cahaya, musik, dan ilmu pengetahuan. Ia juga dianggap sebagai dewa yang membawa hukum dan keadilan. Artemis adalah dewi yang dianggap sebagai dewi kecantikan, kekerasan, dan kekerabatan. Ia juga dianggap sebagai dewi yang memerintah atas alam liar dan kelahiran.
Karena kedua anaknya, Leto dianggap sebagai dewi yang sangat penting dalam mitologi Yunani. Ia juga dianggap sebagai dewi yang menjaga anak-anaknya dan melindungi mereka dari bahaya. Leto sering digambarkan sebagai wanita cantik yang menyandang sebuah busur dan anak panah, simbol dari Artemis.
Secara umum, Leto dianggap sebagai dewi yang menjaga keseimbangan antara cahaya dan kegelapan, serta menjaga keseimbangan antara kekerasan dan kekerabatan. Ia dianggap sebagai dewi yang membantu manusia dalam menemukan jalan yang benar dalam hidup mereka.
Jika dilihat dari penamaan dan fungsi, Lato yang menjadi Leto-leto dan memainkannya harus seimbang, menjadi tepat.
Ditambah anak dari Lato adalah Apollo, dewa musik dan pengetahuan. Memainkan lato-lato menimbulkan bunyi berirama cepat seperti musik dan lato-lato menerapkan hukum fisika yakni tumbukan lenting sempurna.
Sedangkan Artemis adalah dewi kekerasan dan kekerabatan. Hal ini sejalan dengan filosofi lato-lato yang memainkannya secara bersama-sama dengan teman-teman, meski ada kasus yang menimbulkan kekerasan yaitu pada saat bola keseimbangan pecah dan dapat melukai mata.
Meski ini cerita konon, namun intinya adalah menikmati permainan lato-lato. Selamat bermain! ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"