KONTEKS.CO.ID – Aksi anti-pemerintah dari partai oposisi Shor di ibu kota Moldova, Chisinau berakhir tanpa insiden. Lebih dari 65 ribu orang turun kejalan, pada hari Minggu, 18 September 2022.
Para pengunjuk rasa menuntut pengunduran diri Presiden Maia Sandu dan pembubaran parlemen. Mereka mendirikan sekitar 20 tenda di alun-alun di depan parlemen. Ketua partai Ilan Shor mengklaim tenda tersebut akan berdiri sampai rezim Sandu dibubarkan.
Sebelumnya, demonstrasi anti-pemerintah besar-besaran juga terjadi pada bulan Mei. Para pengunjuk rasa marah dengan kenaikan harga energi dan makanan yang belum pernah terjadi sebelumnya, penurunan standar hidup dan rekor inflasi (33,5 persen).
Mereka menuduh pihak berwenang gagal mengatasi krisis, melakukan tekanan politik pada lawan dan keengganan untuk menegosiasikan harga gas yang lebih baik dengan Rusia.
Oposisi Blok Komunis dan Sosialis Moldova mengajukan mosi tidak percaya pada pemerintah Perdana Menteri Natalia Gavrilitsa. “Kabinet telah kehilangan kepercayaan rakyat,” kata perwakilan oposisi Vasily Bolya.
Pada tanggal 28 Juli 2022, Dewan Republik dari Partai oposisi Sosialis Moldova menginstruksikan para wakil dari fraksi parlemen untuk memulai mosi tidak percaya pada pemerintah Gavrilitsa. Para deputi berencana untuk mengajukan inisiatif ini pada sidang pleno pertama DPR.
Pada saat yang sama, oposisi tidak memiliki suara yang diperlukan, karena partai yang berkuasa menempati 63 kursi di parlemen dari 101 kursi. “Kami, anggota parlemen, hari ini mengajukan mosi tidak percaya kepada pemerintah, karena pemerintah kehilangan dukungan dari rakyat,” kata Bolya pada pertemuan parlemen.
Musim dingin akan datang dan perdana menteri mengikuti jejak Uni Eropa dalam menghadapi Rusia. Ia sendiri enggan untuk bernegosiasi dengan Gazprom. Masyarakat Moldova meminta Presiden Maia Sandu untuk pergi ke Moskow untuk negosiasi, sebagai tanggapan Sandu yang menganjurkan warga untuk menimbun kayu bakar.
“Semua orang takut menunggu musim gugur dan musim dingin, terlebih ketika musim panas dimulai dan harga utilitas naik. Inflasi telah memecahkan rekor. Pihak berwenang menjanjikan tunjangan sosial, pensiun yang lebih tinggi, tetapi ini tidak ada hubungannya dengan kenyataan. Orang-orang semakin lebih miskin,” jelas ilmuwan politik Moldova Igor Tulyantsev. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"