KONTEKS.CO.ID – Untuk merayakan kemurnian seksual dan menghormati Raja bangsa Zulu, Misuzulu Sinqobile kaZwelithini, suku Zulu di Afrika Selatan menggelar tarian massal.
Raja Zulu Misuzulu, yang diakui sebagai raja dari kelompok etnis terbesar di Afrika Selatan bulan lalu, mengambil bagian dalam festival “tari buluh” tradisional di provinsi Afrika Selatan KwaZulu-Natal dan memberikan pidato, menerima “buluh” pertamanya sebagai raja baru.
Acara itu diadakan meskipun kakak raja berusia 47 tahun, Pangeran Simakade, putra pertama mendiang raja yang lahir di luar nikah, mengancam raja baru dengan pertumpahan darah, menentang penobatannya.
Tradisi Tari Buluh
Di Afrika Selatan, ada tradisi unik yang melibatkan sebagian besar wanita muda Zulu dan Swaziland. Tradisi tersebut dikenal sebagai Reed Dance atau Tari Buluh.
Para wanita muda yang mengikuti upacara Tari Buluh ini wajib masih perawan. Mereka nantinya harus memperlihatkan kemampuan menari dengan busana adat di depan raja.
Tradisi ini diperkenalkan oleh Raja Zulu, Goodwill Zwelithini pada tahun 1991. Buluh dipilih karena mitosnya nenek moyang bangsa Zulu muncul dari tempat tidur yang terbuat dari alang-alang.
Wanita muda yang belum menikah dan lolos tes keperawanan, nantinya akan membawa buluh alang-alang itu saat menari dengan bertelanjang dada di hadapan raja.
Jika buluh itu patah ketika dia menari di depan raja, berarti wanita itu berbohong dan sebenarnya dia sudah tidak perawan.
Sebelum upacara diadakan, para gadis itu harus mengikuti acara perkemahan, di mana seorang wanita tua akan memeriksa apakah mereka masih perawan atau tidak.
Indikatornya seperti selaput dara yang belum robek, bokong dan dada yang kencang, perut rata, tatapan polos, dan cara berjalannya.
Upacara Tari Buluh diklaim sebagai upaya agar para gadis muda menjaga keperawanan sebelum akhirnya menikah. Raja Zulu juga memanfaatkan upacara ini untuk mengenalkan pentingnya melawan HIV/AIDS.
Upacara ini juga menjadi sarana mempererat persatuan para gadis muda dan memamerkan budaya kerajaan Swaziland. Karena keunikannya, upacara ini selalu menarik minat turis asing mendatangi daerah tersebut. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"